RIWAYAT ANEMIA DAN HIPERTENSI MENJADI FAKTOR DOMINAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Authors

  • TIURLAN MARIASIMA DOLOKSARIBU Poltekkes Kemenkes Medan
  • LUSYANA GLORIA DOLOKSARIBU Poltekkes Kemenkes Medan

DOI:

https://doi.org/10.51878/healthy.v1i3.1427

Keywords:

Faktor Resiko, BBLR

Abstract

Babies born weighing <2,500 grams are called LBW, the risk of causing death is 20 times higher than normal birth weight babies. Maternal factors, pregnancy factors, fetal factors, placental factors, and environmental factors are risk factors for LBW. The purpose of the study was to determine the dominant factor causing the occurrence of LBW in the perinatology room of RSUD Dr. Pirngadi Medan. This research is descriptive with a cross sectional approach. The population, namely mothers who gave birth to LBW as many as 117 people from January-December 2020, a sample of 32 respondents was taken by consecutive sampling. The results showed that the risk factors for the incidence of LBW were 46.9% age <20 years, history of anemia 34.4% and hypertension 25%, pyrimiparous mother (40.6%) and grande multipara (34.4%). family with income > Rp. 1-5 million/month as many as 53.1%, mothers without drinking alcohol and smoking habits as much as 84.4%, mothers experiencing antepartum bleeding as much as 65.6%, maternal intervals <1 and 1 year each 50.0 %, maternal gestational age <37 weeks as much as 53.1%, not gemelli as much as 78.1%, not exposed to infection 100%, premature rupture of membranes as much as 53.1%), no hydramion, living in highland areas as much as 81 ,2%. It was concluded that the highest risk factors for the incidence of LBW were maternal age at pregnancy <20 years, mothers with a history of anemia and hypertension, primiparas, antepartum bleeding and pregnancy <37 weeks. It is recommended that adolescents maintain their health, especially their reproductive health and delay the age of marriage until the age of 20 years to reduce the risk of low birth weight.

ABSTRAK
Berat bayi lahir <2.500 gram disebut BBLR, beresiko menyebabkan kematian 20 kali lebih tinggi dibanding bayi berat lahir normal. Faktor ibu, faktor kehamilan, faktor janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan merupakan faktor resiko terjadinya BBLR. Tujuan penelitian mengetahui faktor dominan penyebab terjadinya BBLR di ruang perinatologi RSUD Dr. Pirngadi Medan. Penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu ibu yang melahirkan BBLR sebanyak 117 orang dari bulan Januari-Desember 2020, sampel sebanyak 32 responden diambil secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan faktor resiko terhadap kejadian BBLR adalah faktor umur <20 tahun sebesar 46,9%, riwayat penyakit anemia 34,4% dan hipertensi 25%, ibu pirimipara (40,6 %) dan grande multipara (34,4%), keluarga dengan penghasilan >Rp. 1-5 juta/bulan sebanyak 53,1%, ibu tanpa kebiasaan minum alkohol dan merokok sebanyak 84,4%, ibu mengalami perdarahan antepartum sebanyak 65,6%, jarak kehamilan ibu <1 dan ?1 tahun masing-masing 50,0%, usia kehamilan ibu <37 minggu sebanyak 53,1%, tidak gemelli  sebanyak 78,1%, tidak terkena infeksi 100%, ketuban pecah dini sebanyak 53,1%), tidak ada hidramion, bertempat tinggal di daerah dataran tinggi sebanyak 81,2%. Disimpulkan bahwa faktor resiko tertinggi penyebab kejadian BBLR yaitu usia ibu saat hamil <20 tahun, ibu memiliki riwayat penyakit anemia dan hipertensi, primípara, perdarahan antepartum dan kehamilan <37 minggu. Disarankan agar remaja memelihara kesehatan terutama kesehatan reproduksinya dan menunda usia pernikahan sampai usia ?20 tahun untuk menurunkan resiko terjadinya BBLR.

References

Aisyah. (2010). Perkembangan dan Konsep dasar pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka

Anugraheni, H. S., & Kartasurya, M. I. (2012). Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati (Doctoral dissertation, Diponegoro University). Journal of Nutirtion College, ISSN:2337-2636

Aulia, D. (2019). Hubungan Diabetes Melitus dengan Kejadian Preeklampsia di RSUD DR . H. Abdul Moeloek Lampung. Repository.lppm.unila.ac.id

Indrasari, Nelly. (2012). Faktor Resiko Pada Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jurnal Ilmiah Keperawatan SAI Betik, PISSN-0357, EISSN:2655-2310

Ismi Trihardiani, Ismi Trihardiani. (2011). Faktor risiko kejadian berat badan lahir rendah di wilayah kerja Puskesmas Singkawang Timur dan Utara Kota Singkawang. Diss. Diponegoro University.

Jayanti, F. A., Dharmawan, Y., & Aruben, R. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(4), 812–822.

Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat data dan Informasi Kesehatan.

Mahayana, Sagung Adi Sresti, Eva Chundrayetti, and Yulistini Yulistini, (2015). Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas 4.3.

Manuaba, I.A.C., I Bagus., & IB Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika Cipta

Nur, Rosmala, Adhar Arifuddin, and Redita Novilia. (2016). Analisis faktor risiko kejadian berat badan lahir rendah di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Preventif: Jurnal Kesehatan Masyarakat 7.1 : 14-14.

Proverawati & Ismawati. 2015. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penerbit Nuha Medica.

Purwanto, wahyuni. (2016). Hubungan Antara Umur Kehamilan, Kehamilan Ganda, Hipertensi dan Anemia Dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Jurnak Berkala Epidemiologi.

Putri, C., Fatimah, S., & Rahfiludin, M. Z. (2017). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten Kudus. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(1).

Rahayu, H. (2011). Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal Penelitian Kesehatan.

Rikesdas. (2014). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Jakarta.

Rini, S. S. (2015). Faktor–Faktor Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Wilayah Kerja Unit Pelayanan Terpadu Kesmas Gianyar II. E-Jurnal Medika Udayana.

Ryanti. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Garuda Kota bandung. Repository.bku.ac.id

SDKI. (2017). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Setiati, A. R., & Rahayu, S. R. S. (2017). Faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) di ruang perawatan intensif neonatus RSUD dr Moewardi di Surakarta. (JKG) Jurnal Keperawatan Global, 2(1).

Sudarti, Fauziah. (2017). Asuhan kebidanan neonatatus resiko tinggi dan kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medica.

Sukami, Icemi & Wahyu. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medica

Sulistiani. (2014). Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Tangerang Selatan. Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Titik Lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medica.

WHO. (2004). The Inciden Of Low Birth Weigh. World Health Statistic: Geneva.

Wulandari dkk. (2020). Hubungan Karakteristik Individu dengan Pengetahuan tentang Pencegahan Coronavirus Disease 2019 pada Masyarakat di Kalimantan Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. ISSN : 2613-9219

Yuliani, dkk. (2015). Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soedjono Kabupaten Lombok Timur. Public Health And Preventive Medicine Archive.

Downloads

Published

2022-08-11

How to Cite

DOLOKSARIBU, T. M., & DOLOKSARIBU , L. G. . (2022). RIWAYAT ANEMIA DAN HIPERTENSI MENJADI FAKTOR DOMINAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH . HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan, 1(3), 132-141. https://doi.org/10.51878/healthy.v1i3.1427

Issue

Section

Articles