HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan https://jurnalp4i.com/index.php/healthy <p><strong>HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan </strong>diterbitkan 4 kali setahun (Januari, April, Juli, Oktober) oleh Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I) Bekerjasama dengan Pusat Studi Ilmu Kesehatan Indonesia (PASKI). Jurnal ini berisi artikel hasil pemikiran dan penelitian yang ditulis oleh para dosen, pakar, ilmuwan, praktisi, dan pengkaji dalam disiplin ilmu yang berkaitan dengan Ilmu Kesehatan<br /><strong>e-ISSN : 2827-8070 | p-ISSN : 2827-8240</strong></p> Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia en-US HEALTHY : Jurnal Inovasi Riset Ilmu Kesehatan 2827-8240 GAMBARAN JAJANAN SEHAT DAN PERILAKU MEMILIH PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH (PJAS) DI SD https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/4577 <p>This study aims to describe the behavior of choosing snacks, as well as knowledge, attitudes, perceptions, facilities, and peer support towards healthy snacks at SD Negeri 93 Kendari. This study uses quantitative methods and descriptive surveys, this study involved 54 out of 62 students selected through Stratified Random Sampling. The results showed that the majority of respondents had sufficient knowledge (81.48%), while a small portion was still lacking (18.52%). Most respondents showed a positive attitude (88.89%) compared to those who had a negative attitude (11.11%). A good perception of healthy snacks was found in (62.96%) respondents, while (37.04%) had a poor perception. As many as (85.19%) respondents considered the facilities and infrastructure adequate, while (14.81%) considered it inadequate. In addition, the majority of respondents (68.52%) received good peer support, while (31.48%) experienced inadequate support. This study shows that knowledge, attitudes, perceptions, facilities, and peer support. students about healthy snacks at SD Negeri 93 Kendari is quite good, but further efforts are needed to improve understanding of the importance of choosing safe and nutritious snacks for health.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku pemilihan jajanan, serta pengetahuan, sikap, persepsi, sarana, dan dukungan teman sebaya terhadap jajanan sehat di SD Negeri 93 Kendari. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan survei deskriptif, penelitian ini melibatkan 54 dari 62 siswa yang dipilih melalui <em>Stratified Random Sampling.</em> Hasil menunjukkan mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup (81,48%), sementara sebagian kecil masih kurang (18,52%). Sebagian besar responden menunjukkan sikap positif (88,89%) dibandingkan dengan yang bersikap negatif (11,11%). Persepsi baik mengenai jajanan sehat ditemukan pada (62,96%) responden, sementara (37,04%) memiliki persepsi kurang. Sebanyak (85,19%) responden menilai sarana dan prasarana memadai, sedangkan (14,81%) menilai kurang memadai. Selain itu, mayoritas responden (68,52%) mendapatkan dukungan teman sebaya yang baik, sementara (31,48%) mengalami dukungan yang kurang. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, persepsi, sarana, dan dukungan teman sebaya. siswa mengenai jajanan sehat di SD Negeri 93 Kendari sudah cukup baik, namun diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya memilih jajanan yang aman dan bergizi untuk kesehatan.</p> Mawar Yanti Indah Hartati Bahar Zainab Hikmawati Copyright (c) 2025 Mawar Yanti Indah, Hartati Bahar, Zainab Hikmawati 2025-07-01 2025-07-01 4 3 129 137 10.51878/healthy.v4i3.4577 KORELASI ANTARA NEUTROPHIL LYMPHOCYTE RATIO (NLR) DAN C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN ANAK SUSPEK SEPSIS https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6611 <p><strong>ABSTRACT </strong></p> <p>Sepsis neonatorum is one of the biggest triggers of neonatal deaths in Indonesia. The Diagnosis of sepsis is difficult to establish due to non-specific symptoms, so accurate, affordable, and easily accessible biomarkers are needed. Commonly used biomarkers such as C-Reactive Protein (CRP) and Procalcitonin (PCT) have limited cost and availability. Neutrophil lymphocyte Ratio (NLR) is a promising alternative because it can be obtained from a routine complete blood count. The study intends to determine the correlation between the value of NLR and CRP in children indicated sepsis in RSUD dr. Sayidiman Magetan. The study was classified as cross sectional based analytical observational in 33 pediatric patients suspected of sepsis during October 2024 to March 2025. Spearman correlation testing is used in the data analysis of this study because the distribution of data is not normal based on the Shapiro-Wilk test. The average value of NLR was 6.72% and CRP was 70.16 mg/L. Spearman correlation test results showed a moderate correlation between NLR and CRP with a correlation coefficient of 0.407 (p = 0.019). There is a significant moderate correlation between NLR and CRP in pediatric patients with suspected sepsis, so NLR can potentially be used as an alternative inflammatory marker to detect pediatric sepsis.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Sepsis neonatorum ialah satu di antara pemicu terbesar terhadap kematian neonatal di Indonesia. Diagnosis sepsis sulit ditegakkan karena gejala yang tidak spesifik, sehingga dibutuhkan penanda biologis (biomarker) yang akurat, terjangkau, dan mudah diakses. Biomarker yang umum digunakan seperti <em>C-Reactive Protein</em> (CRP) dan Procalcitonin (PCT) memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan. Rasio Neutrofil Limfosit (<em>Neutrophil Lymphocyte Ratio</em>/NLR) menjadi alternatif yang menjanjikan karena dapat diperoleh dari hitung darah lengkap rutin. Penelitian bermaksud mengetahui korelasi antara nilai NLR dan CRP pada anak terindikasi sepsis di RSUD dr. Sayidiman Magetan. Penelitian tergolong observasional analitik berbasis <em>cross sectional</em> pada 33 pasien anak suspek sepsis selama Oktober 2024 hingga Maret 2025. Pengujian korelasi <em>Spearman</em> dimanfaatkan dalam analisis data penelitian ini sebab distribusi data tidak normal berdasarkan uji <em>Shapiro-Wilk</em>. Nilai rata-rata NLR sebesar 6,72% dan CRP sebesar 70,16 mg/L. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi sedang antara NLR dan CRP dengan koefisien korelasi sebesar 0,407 (p = 0,019). Terdapat korelasi sedang yang signifikan antara NLR dan CRP pada pasien anak suspek sepsis, sehingga NLR berpotensi digunakan sebagai penanda inflamasi alternatif untuk mendeteksi sepsis anak.</p> Anik Purnomowati Evy Diah Woelansari Retno Sasongkowati Copyright (c) 2025 Anik Purnomowati, Evy Diah Woelansari, Retno Sasongkowati 2025-08-14 2025-08-14 4 3 138 144 10.51878/healthy.v4i3.6611 KORELASI ANTARA HBA1C DENGAN KADAR KREATININ PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DISERTAI HIPERTENSI https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/5959 <p><strong>ABSTRACT </strong></p> <p>Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by hyperglycemia. This condition can lead to microvascular complications such as diabetic nephropathy. Diabetic nephropathy occurs due to uncontrolled blood glucose levels, resulting in the kidneys working harder to filter blood. Increased blood urea and creatinine levels indicate decreased kidney function. This study aimed to examine the correlation between HbA1c levels and creatinine levels in patients with diabetes mellitus and hypertension. This study was an observational and analytical study using a purposive sampling method at the Regional Health Laboratory of Magetan Regency. The sample in this study was 88 patients with diabetes mellitus and hypertension who participated in the Chronic Disease Management Program (Prolanis) at the Magetan Regency Community Health Center between January and April 2025. HbA1c examination was performed using the Fluorescent Immunoassay (FIA) method, while creatinine levels were measured using the Jaffe method. Statistical analysis was performed using a non-parametric correlation test (Spearman test). The study results showed a moderately positive correlation between HbA1c and creatinine levels in patients with diabetes mellitus and hypertension. Higher HbA1c levels are associated with higher creatinine levels, indicating a risk of kidney damage. Therefore, regular check-ups, regular medication consumption, and a healthy lifestyle are highly recommended to prevent complications.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diabetes melitus adalah masalah metabolik kronis dengan ciri hiperglikemia. Kondisi ini mampu menimbulkan komplikasi mikrovaskuler seperti nefropati diabetik. Nefropati diabetik terjadi akibat kadar glukosa darah yang tidak terkendali, akibatnya dalam penyaringan darah, ginjal bekerja lebih ekstra. Meningkatnya kadar ureum dan kreatinin dalam darah menjadi indikasi turunnya fungsi ginjal. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada pengidap diabetes melitus disertai hipertensi. Studi ini tergolong observasional analitik dengan metode <em>purposive sampling</em> di UPTD Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Magetan. Sampel dalam studi ini sebanyak 88 pengidap diabetes melitus yang disertai hipertensi pada peserta Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di Puskesmas Kabupaten Magetan selama pada bulan Januari-April 2025. Pemeriksaan HbA1c dilakukan menggunakan metode <em>Fluorescent Immunoassay</em> (FIA), sedangkan kadar kreatinin diukur dengan metode <em>Jaffe</em>. Analisis statistik dilakukan dengan uji korelasi non parametrik (uji <em>Spearman</em>). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi bermakna yang positif sedang antara HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita diabetes melitus disertai hipertensi. Peningkatan kadar HbA1c, semakin tinggi pula kadar kreatinin, yang mengindikasikan risiko kerusakan ginjal. Oleh karena itu, kontrol rutin, konsumsi obat teratur, dan pola hidup sehat sangat dianjurkan untuk mencegah komplikasi.</p> Merry Wulandari Edy Haryanto Wisnu Istanto Gesang Jukadiarko Copyright (c) 2025 Merry Wulandari, Edy Haryanto, Wisnu Istanto, Gesang Jukadiarko 2025-08-15 2025-08-15 4 3 145 154 10.51878/healthy.v4i3.5959 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II DI TPMB Hj. MARDIAWATI, S.ST., M.Kes. https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6733 <p>Childbirth is a critical period for women who contribute to maternal morbidity and mortality in developing countries, one of which is Indonesia. One of the complications in childbirth is prolonged labor, which is the direct cause of childbirth complications with an incidence of 69,000 or 2.8% of deaths from all maternal deaths worldwide. The purpose of analyzing the factors associated with the length of Labor kala II. Analytical survey method with cross sectional study approach chi Square data analysis technique with dichotomic nominal scale. a total of 128 respondents using the Isaac and Michael formula, the results of X2 count 0.021 is smaller than x2 table 3.841 and the value of 0.884 is greater than the value of 0.05 show that there is no significant relationship between the age of the mother with the length of Labor kala II, the results of X2 count 24.522 is, the results of X2 count 0.992 is smaller than x2 table 3.841 and the value of 0.319 is greater than the value of ? 0.05 indicate that there is no significant relationship between maternal education with the length of Labor Time II, the result of x2 count 1.911 is smaller than x2 table 3.841 and the value of ? 0.167 is larger than ? 0.05 indicates that there is no significant relationship between the mother's work with the length of labor in Stage II,the result of x2 count 0.009 is smaller than x2 table 3.841 and the value of ? 0.925 is larger than ? 0.05 indicates that there is no significant relationship between fetal weight with the length of labor in Stage II. The conclusion that the parietas of maternity mothers can be an indicator for the occurrence of long Labor Phase II that can be anticipated earlier by minimizing complications during childbirth.</p> <p><strong>ABSTRAK<br></strong>Masa persalinan merupakan masa kritis bagi perempuan yang berkotribusi terhadap angka kesakitan dan kematian ibu di negara berkembang salah satunya Indonesia. Salah satu komplikasi pada persalinan adalah persalinan lama,yang merupakan penyebab langsung komplikasi&nbsp; persalinan&nbsp; dengan&nbsp; jumlah&nbsp; kejadian&nbsp; sebesar&nbsp; 69.000&nbsp; atau&nbsp; 2,8% kematian dari semua kematian ibu di seluruh dunia. Tujuan untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan lama persalinan kala II. Metode <em>survey </em>analitik dengan pendekatan <em>cross sectional study</em> teknik analisa data <em>Chi Square</em> dengan skala nominal dikotomik. sebanyak 128 responden dengan menggunakan rumus <em>Isaac and Michael,</em> Hasil x<sup>2</sup> hitung 0,021 lebih kecil daripada x<sup>2</sup> tabel 3,841 dan nilai ? 0,884 lebih besar daripada ? 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan lama persalinan kala II, hasil x<sup>2</sup> hitung 24,522 lebih besar daripada x<sup>2</sup> tabel 3,841 dan nilai ? 0,000 lebih kecil daripada ? 0,05 menunjukkan &nbsp;bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan lama persalinan kala II, hasil x<sup>2</sup> hitung 0,992 lebih kecil daripada x<sup>2</sup> tabel 3,841 dan nilai ? 0,319 lebih besar daripada ? 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan lama persalinan kala II, hasil x<sup>2</sup> hitung 1,911 lebih kecil daripada x<sup>2</sup> tabel 3,841 dan nilai ? 0,167 lebih besar daripada ? 0,05 menunjukkan &nbsp;bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan lama persalinan kala II,hasil x<sup>2</sup> hitung 0,009 lebih kecil daripada x<sup>2</sup> tabel 3,841 dan nilai ? 0,925 lebih besar daripada ? 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara berat badan janin dengan lama persalinan kala II. Kesimpulan bahwa parietas ibu bersalin dapat menjadi indikator untuk terjadinya lama persalinan kala II yang dapat diantasipasi lebih dini dengan meminimalkan komplikasi pada saat bersalin.&nbsp;&nbsp;</p> Suriani Tahir Dahniar Dahniar Irfana Irfana Copyright (c) 2025 Suriani Tahir, Dahniar Dahniar, Irfana Irfana 2025-08-18 2025-08-18 4 3 155 166 10.51878/healthy.v4i3.6733 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS MENGENAI MOBILISASI DINI POST SECTIO CAESAREA DI RS NUR HIDAYAH BANTUL 2025 https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6736 <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Cesarean section (CS) deliveries have increased significantly both globally and nationally, exceeding the World Health Organization’s (WHO) recommended rate of 10–15%. In the Special Region of Yogyakarta, the CS rate reached 30.2% in 2022. This increase is accompanied by risks of post-CS complications such as infection, thrombosis, and delayed recovery. Early mobilization after CS has been proven effective in accelerating the healing process and preventing various complications. However, many mothers still lack understanding of the importance of early mobilization. This study aimed to determine the level of knowledge among postpartum mothers regarding early mobilization after CS at Nur Hidayah Hospital Bantul in 2025. This research employed a quantitative approach with a descriptive design and a cross-sectional method. The study sample consisted of 30 postpartum mothers after CS in April to May 2025, selected using purposive sampling. Data were collected using a validated and reliable questionnaire, and analyzed univariately with categories of good, sufficient, and poor knowledge. The study found that participants were predominantly aged 20–35 (76.7 years), had a high school education (50%), were housewives (70%), and had one child (43.3%). Knowledge of early mobilization after a CS was categorized as good (90%), fair (10%), and none were considered poor. It is concluded that most postpartum mothers at Nur Hidayah Hospital Bantul had good knowledge of early mobilization after CS.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Persalinan <em>sectio caesarea</em> (SC) mengalami peningkatan signifikan secara global dan nasional, melampaui standar WHO sekitar 10–15%. Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat angka persalinan SC sebesar 30,2% pada tahun 2022. Peningkatan ini turut disertai dengan risiko komplikasi <em>post</em> SC seperti infeksi, trombosis, dan keterlambatan pemulihan. Mobilisasi dini <em>post</em> SC terbukti efektif dalam mempercepat proses penyembuhan dan mencegah berbagai komplikasi. Tetapi masih banyak ibu yang belum memahami pentingnya mobilisasi dini. Studi ini ingin mencermati tingkat pengetahuan ibu nifas mengenai mobilisasi dini pasca SC di RS Nur Hidayah Bantul tahun 2025. Studi ini berpendekatan kuantitatif dengan berdesain deskriptif serta rancangan <em>cross</em><em>-</em><em>sectional</em>. Sampel studi ini mencakup 30 ibu nifas pasca SC pada bulan April sampai Mei 2025, dipilih dengan metode <em>purposive</em> <em>sampling</em>. Di kumpulkan datanya dari kuesioner yang sudah diujikan validitas serta reliabilitasnya, kemudian dianalisa secara <em>univariat</em> dengan kategori pengetahuan baik, cukup, dan kurang. Hasil studi ini menampilkan jika dominan responden berumur 20–35 tahun (76,7%), berpendidikan SMA/SMK (50%), berstatus ibu rumah tangga (70%), dan memiliki satu anak (43,3%). Tingkat pengetahuan ibu nifas mengenai mobilisasi dini pasca SC dikategorikan baik (90%), cukup (10%), dan tidak ada yang masuk kategori kurang. Disimpulkan bahwa sebagian besar ibu nifas di RS Nur Hidayah Bantul memiliki pengetahuan yang baik mengenai mobilisasi dini <em>pos</em><em>t</em> SC.</p> Siti Depita Wati Isne Susanti Sulis Puspito Rini Copyright (c) 2025 Siti Depita Wati, Isne Susanti, Sulis Puspito Rini 2025-08-25 2025-08-25 4 3 167 174 10.51878/healthy.v4i3.6736 PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI POSYANDU HARAPAN KITA CAGUNGAN BANTUL https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6796 <p style="text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span lang="EN-US">Stunting is a chronic nutritional problem in toddlers that affects children's physical growth and cognitive development. Based on the 2024 Indonesia Nutrition Status Survey (SSGI), 19.8% of toddlers in Indonesia experience stunting. In Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta, the prevalence of stunting among toddlers decreased from 20.05% in 2023 to 16.50% in 2024. In the working area of Srandakan Health Center, Bantul, the highest number of stunted toddlers is found in Cagunan Hamlet, with a total of 11 cases. This study aims to determine the relationship between mothers’ knowledge and attitudes toward the incidence of stunting among toddlers at Posyandu <em><span style="font-style: normal;">Harapan Kita</span></em>, Cagunan Hamlet, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. This research used a quantitative method with a cross-sectional study design. The sample consisted of 31 respondents, who were mothers of toddlers at Posyandu <em>Harapan Kita</em> Cagunan, selected using non-random purposive sampling. The research instrument was a closed-ended questionnaire. The results showed that 19 respondents (61.3%) had good knowledge, 29 respondents (93.6%) had good attitudes, and 4 respondents (13%) had stunted toddlers. The Chi-Square test results indicated a significant relationship between mothers’ knowledge and the incidence of stunting among toddlers (p-value = 0.007 ? ? = 0.05), but no significant relationship between mothers’ attitudes and the incidence of stunting (p-value = 0.106 &gt; ? = 0.05). It can be concluded that there is a significant correlation between mothers’ knowledge and the incidence of stunting among toddlers, but no significant correlation between mothers’ attitudes and the incidence of stunting at Posyandu <em><span style="font-style: normal;">Harapan Kita</span></em> Cagunan.</span></p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p><em>Stunting </em>merupakan masalah gizi kronis pada balita yang berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024, terdapat 19,8% balita yang mengalami <em>stunting </em>di Indonesia. Sedangkan di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta balita yang <em>stunting </em>mengalami penurunan dari 20,05% di tahun 2023 menjadi 16,50% di tahun 2024. Di wilayah kerja Puskesmas Srandakan Bantul, jumlah balita <em>stunting </em>tertinggi berada di Dusun Cagunan dengan total 11 balita <em>stunting</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap kejadian <em>stunting</em> di Posyandu Harapan Kita, Dusun Cagunan, Srandakan Bantul DIY. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi <em>cross sectional</em>. Sampelnya sebanyak 31 responden yang merupakan ibu balita di Posyandu Harapan Kita Cagunan, dengan teknik pengambilan sampel <em>non-random sampling </em>dengan metode <em>purposive sampling</em>. Instrument penelitiannya menggunakan kuesioner tertutup. Hasil penelitian ini menunjukkan 19 responden (61,3%) memiliki pengetahuan baik, 29 responden (93,6%) memiliki sikap baik dan sebanyak 4 responden (13%) balitanya mengalami <em>stunting</em>. Hasil uji <em>Chi-Square</em> menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian <em>stunting</em> pada balita dengan nilai (<em>p-sign</em> = 0,007&nbsp; ? ? = 0,05), namun tidak ada hubungan antara sikap ibu dengan kejadian <em>stunting</em> pada balita dengan nilai (<em>p-sign</em> = 0,106 &gt; ? = 0,05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian <em>stunting</em> pada balita, namun tidak terdapat korelasi yang signifikan antara sikap ibu dengan kejadian <em>stunting</em> pada balita di Posyandu Harapan Kita Cagunan.</p> Vita Kumalasari Vina Puspita Sari Copyright (c) 2025 Vita Kumalasari, Vina Puspita Sari 2025-08-28 2025-08-28 4 3 175 182 10.51878/healthy.v4i3.6796 STUDI SURVEI : GAMBARAN PENYAKIT MENULAR PADA WANITA DI KABUPATEN MAGETAN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6793 <p><strong>ABSTRACT </strong></p> <p>Sexually Transmitted Infections (STIs) such as HIV, Hepatitis B, and Syphilis are serious public health problems, especially among high-risk groups like female sex workers. The Pasar Sayur Magetan area has a high potential for STI transmission due to nighttime entertainment activities and the presence of dimly lit establishments. This study aims to identify the presence of STIs among women in Magetan as a basis for planning prevention and education programs by the government and health authorities. This research uses an analytical cross-sectional survey design with venous blood samples collected in EDTA anticoagulant tubes from female sex workers at Pasar Sayur Magetan. Data were collected through Rapid Diagnostic Tests (RDT) using immunochromatographic methods to detect HIV, Hepatitis B, and Syphilis, along with questionnaires to identify risk factors and behaviors influencing STI transmission. The study found cases of HIV and Syphilis among female sex workers in Pasar Sayur Magetan. The main risk factors include unsafe sexual behavior, inconsistent condom use, frequent partner changes, and limited education and knowledge. Although all respondents practiced good genital hygiene, this did not fully prevent STIs transmitted through blood and bodily fluids. This survey reveals the prevalence of STIs and the main risk factors in Pasar Sayur Magetan. These findings serve as a foundation for the government and health services to design prevention, education, and early detection programs to reduce cases and increase awareness of safe sexual behavior.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti HIV, Hepatitis B, dan Sifilis menjadi masalah kesehatan serius, terutama bagi kelompok berisiko tinggi seperti wanita pekerja seks. Kawasan Pasar Sayur Magetan berpotensi tinggi dalam penyebaran IMS karena aktivitas hiburan malam dan keberadaan warung remang-remang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya penyakit penyakit menular seksual pada wanita di daerah Magetan, agar dapat digunakan sebagai dasar dalam perencanaan program pencegahan dan edukasi oleh pemerintah dan dinas Kesehatan. Penelitian ini menggunakan desain survei analitik <em>cross-sectional </em>dengan menggunakan sampel darah vena antikoagulan EDTA pada wanita pekerja seks di Pasar Sayur Magetan. Data dikumpulkan dari hasil pemeriksaan <em>Rapid Diagnostic Test </em>(RDT) metode imunokromatografi untuk mendeteksi HIV, Hepatitis B, dan Sifilis, serta kuesioner untuk mengidentifikasi faktor risiko dan perilaku yang mempengaruhi penularan IMS. Penelitian ini menemukan adanya kasus HIV dan Sifilis di kalangan wanita pekerja seks di Pasar Sayur Magetan dengan faktor risiko utama berupa perilaku seksual tidak aman dan ketidakkonsistenan penggunaan kondom serta keterbatasan pendidikan dan pengetahuan. Kesimpulannya, meskipun praktik genital higiene baik, risiko penularan IMS tetap terjadi. Survei ini mengungkap tingkat penyebaran PMS di Pasar Sayur Magetan serta faktor risiko utama. Temuan ini menjadi dasar bagi pemerintah dan dinas kesehatan dalam merancang program pencegahan, edukasi, dan deteksi dini guna mengurangi kasus serta meningkatkan kesadaran akan perilaku seksual yang aman.</p> Digdo Riyanto Evy Diah Woelansari Musholli Himmatun Nabilah Copyright (c) 2025 Digdo Riyanto, Evy Diah Woelansari, Musholli Himmatun Nabilah 2025-08-29 2025-08-29 4 3 183 192 10.51878/healthy.v4i3.6793 LAPAROSKOPI ATAU APENDEKTOMI TERBUKA? SEBUAH SYSTEMATIC REVIEW TERHADAP HASIL KLINIS PADA PASIEN DENGAN DUGAAN APENDISITIS https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6866 <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Acute appendicitis is a common cause of emergency surgery, with treatment options including open appendectomy (OA) and laparoscopic appendectomy (LA), yet the debate over which method provides better clinical outcomes persists. This study aims to compare the postoperative clinical outcomes of LA and OA in patients suspected of appendicitis through a systematic review. Conducted following PRISMA guidelines, the review involved literature searches on PubMed, ScienceDirect, and Google Scholar from 2018 to 2025. Out of 5,999 identified articles, 11 studies met the inclusion criteria and were analysed using narrative synthesis and comparative tables. Most studies showed that LA offered benefits such as shorter hospital stays, quicker recovery, and lower wound infection rates compared to OA. However, OA demonstrated advantages in cost-effectiveness and shorter operation times. While laparoscopic appendectomy provided superior clinical outcomes overall, open appendectomy remains relevant in settings with limited resources or when rapid surgery is necessary. Therefore, the choice of surgical method should consider both the patient’s clinical condition and the available healthcare resources.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Apendisitis akut merupakan salah satu penyebab tersering tindakan bedah darurat, dengan pilihan utama berupa apendektomi terbuka (OA) maupun apendektomi laparoskopi (LA), namun perdebatan mengenai metode yang lebih unggul dalam hasil klinis masih berlangsung. Kajian ini bertujuan membandingkan hasil klinis pascaoperasi antara LA dan OA pada pasien dengan dugaan apendisitis melalui <em>systematic review</em>. Penelitian disusun mengikuti pedoman PRISMA dengan penelusuran literatur pada PubMed, ScienceDirect, dan Google Scholar periode 2018–2025. Dari total 5.999 artikel yang teridentifikasi, sebanyak 11 studi memenuhi kriteria inklusi dan dianalisis menggunakan narrative synthesis serta tabel komparatif. Mayoritas studi menunjukkan bahwa LA memberikan keuntungan berupa rawat inap lebih singkat, pemulihan lebih cepat, serta tingkat infeksi luka lebih rendah dibandingkan OA. Sebaliknya, OA relatif unggul dari sisi efisiensi biaya dan durasi operasi yang lebih singkat. Apendektomi laparoskopi dinilai lebih unggul dalam aspek luaran klinis, namun apendektomi terbuka tetap relevan pada kondisi dengan keterbatasan fasilitas atau kebutuhan operasi cepat. Oleh karena itu, pemilihan metode sebaiknya mempertimbangkan kondisi klinis pasien dan sumber daya yang tersedia.</p> Nasrul An Nafiq Shafitri Firda Amaliya Agung Budi Lemuel Copyright (c) 2025 Nasrul An Nafiq, Shafitri Firda Amaliya, Agung Budi Lemuel 2025-09-05 2025-09-05 4 3 193 202 10.51878/healthy.v4i3.6866 PENGARUH KINESIO TAPING TERHADAP NYERI PUNGGUNG BAWAH IBU HAMIL TRIMESTER III DI PMB “T” SUMBERSARI JEMBER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6778 <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Pregnant women experience numerous changes in their bodies. Around 60%–90% of pregnant women report complaints of low back pain, making it the most common disorder. A non-pharmacological therapeutic alternative is the application of kinesio taping. The purpose of this study was to identify the effect of kinesio taping on the intensity of low back pain in third-trimester pregnant women who underwent examinations at PMB “T” Sumbersari, Jember. This study employed a Quasi-Experimental Design. The study population included all third-trimester pregnant women attending ANC at PMB “T” Sumbersari in 2022, with a total sample of 26 respondents. The research instrument used was a questionnaire sheet (NRS), while data analysis was carried out using the Wilcoxon Signed Ranks Test. The results showed that before kinesio taping (pretest), most third-trimester pregnant women experienced low back pain at a scale of 7, whereas after kinesio taping intervention (posttest), the majority reported a pain scale of 2. The analysis revealed a p-value of 0.000 ? ? = 0.05, leading to the rejection of H0. This indicates that kinesio taping has an effect on reducing low back pain in third-trimester pregnant women. In conclusion, kinesio taping is effective in decreasing the intensity of low back pain in third-trimester pregnant women. Therefore, healthcare providers, particularly midwives, are encouraged to apply kinesio taping therapy as an effort to reduce complaints of low back pain in third-trimester pregnant women.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Wanita hamil akan merasakan banyak sekali perubahan pada dirinya. Sebanyak 60%–90% ibu hamil mengalami keluhan nyeri punggung bawah, menjadikannya gangguan yang paling umum. Alternatif terapi non farmakologis yaitu pemberian <em>kinesio taping. </em>Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi efek penerapan <em>kinesio taping</em> terhadap intensitas nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III yang melakukan pemeriksaan di PMB “T” Sumbersari Jember. Penelitian ini menerapkan metode <em>Quasi Experimental Design</em>. Populasi penelitian mencakup seluruh ibu hamil trimester III yang menjalani ANC di PMB “T” Sumbersari pada tahun 2022, dengan jumlah sampel sebanyak 26 responden. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar kuesioner (<em>NRS</em>), sedangkan analisis data dilakukan melalui uji statistik <em>Wilcoxon Signed Ranks Test</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum pemberian <em>kinesio taping</em> (<em>pretest</em>), mayoritas ibu hamil trimester III mengalami nyeri punggung bawah pada skala 7, sedangkan setelah intervensi <em>kinesio taping</em> (<em>posttest</em>), sebagian besar berada pada skala nyeri 2. Uji analisis menunjukkan nilai p = 0,000 ? ? = 0,05, sehingga H0 ditolak. Hal ini menandakan bahwa terdapat pengaruh <em>kinesio taping</em> terhadap nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III. Dapat disimpulkan bahwa <em>kinesio taping</em> efektif dalam menurunkan intensitas nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, khususnya bidan, dianjurkan untuk menerapkan terapi <em>kinesio taping</em> sebagai upaya mengurangi keluhan nyeri punggung bawah pada ibu hamil trimester III.</p> Hanida Aisyah A May Kristina Indah K Telaumbanua Copyright (c) 2025 Hanida Aisyah A, May Kristina Indah K Telaumbanua 2025-09-25 2025-09-25 4 3 203 210 10.51878/healthy.v4i3.6778 HUBUNGAN BUDAYA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-12 BULAN DI DESA NAMOSIMPUR https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/6779 <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>The high incidence of underage (early-age) marriage in Indonesia is influenced by various factors, including economic conditions, low levels of education, understanding of cultural and certain religious values, out-of-wedlock pregnancy (<em>married by accident</em>), and other factors. This study aims to identify the factors influencing mothers to marry at an early age in Tangkahan Village, Namorambe Subdistrict, Deli Serdang Regency. The study employed an analytical method with a <em>cross-sectional</em> design. It was conducted in Namosimpur Village, Hamlet 1, with a population of 30 people. A total of 30 people were included as the study sample. The findings showed that 19 respondents (63.3%) had negative cultural beliefs, while 11 respondents (36.7%) had positive cultural beliefs. The majority of respondents, namely 22 people (73.3%), held negative cultural beliefs or perceptions regarding breastfeeding, while 8 respondents (26.7%) had positive beliefs related to breastfeeding. Most respondents, or 21 people (70.0%), did not practice exclusive breastfeeding, whereas 9 respondents (30.0%) did. There was a significant relationship between breastfeeding mothers and the provision of exclusive breastfeeding for infants aged 0–12 months, with <em>p</em>-values of 0.004 and 0.032. The conclusion of this study is that there is a relationship between cultural values regarding exclusive breastfeeding and mothers’ beliefs about breastfeeding with the practice of exclusive breastfeeding. It is recommended that healthcare workers promote the importance of exclusive breastfeeding for infants.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Tingginya kasus perkawinan di bawah umur (usia dini) di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kondisi ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan, pemahaman terhadap budaya serta nilai-nilai agama tertentu, terjadinya kehamilan di luar nikah (<em>married by accident</em>), dan faktor lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ibu melakukan perkawinan usia dini di Desa Tangkahan, Kecamatan Namorambe, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan rancangan <em>cross sectional</em>. Penelitian ini dilakukan di Desa Namosimpur Dusun 1 dengan jumlah populasi 30 orang. Sebanyak 30 orang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 19 responden (63,3%) memiliki budaya negatif, sedangkan 11 responden (36,7%) memiliki budaya positif. Mayoritas responden, yaitu 22 orang (73,3%), memiliki budaya atau keyakinan mengenai ASI yang bersifat negatif, sementara 8 responden (26,7%) memiliki budaya atau keyakinan positif terkait ASI. Sebagian besar responden, yakni 21 orang (70,0%), tidak memberikan ASI eksklusif, sedangkan 9 responden (30,0%) memberikan ASI eksklusif. Terdapat hubungan ibu menyusui dengan pemberian asi eksklusif pada bayi 0-12 bulan dengan p value 0.004 dan 0.032. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan budaya nilai kebudayaan tentang ASI eksklusif dan keyakinan atau kepercayaan tentang ASI ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif. Disarankan, supaya petugas kesehatan melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.</p> May Kristina Indah K Telaumbanua Hanida Aisyah A Copyright (c) 2025 May Kristina Indah K Telaumbanua, Hanida Aisyah A 2025-09-25 2025-09-25 4 3 211 219 10.51878/healthy.v4i3.6779 PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PRE EKLAMPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO EDUKASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKORAMBI https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7055 <p>This study aims to analyze the differences in knowledge of pregnant women about pre-eclampsia before and after being given education using video media in the Sukorambi Health Center work area. The research method uses a quantitative approach with a pre-experimental pretest-posttest design on a group of pregnant women. Data were collected through interviews and questionnaires that measured knowledge before and after video education. The study sample of 49 pregnant women was selected using a simple random sampling technique. The results showed that the knowledge of pregnant women before education was mostly in the sufficient category (42.86%), while after education almost all were in the good category. Statistical analysis showed a significant difference with a p-value of 0.000 (p &lt;0.05). These findings support the effectiveness of video media as a health education tool, especially to increase awareness of pregnant women about preeclampsia. In conclusion, the use of video media can be a practical solution to increase the knowledge of pregnant women, which has the potential to reduce the risk of preeclampsia through early detection and better preventive measures.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang pre-eklampsia sebelum dan setelah diberikan edukasi menggunakan media video di wilayah kerja Puskesmas Sukorambi. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain pre-eksperimental pretest-posttest pada sekelompok ibu hamil. Data dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner yang mengukur pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi video. Sampel penelitian sebanyak 49 ibu hamil dipilih melalui teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum edukasi mayoritas berada dalam kategori cukup (42,86%), sementara setelah edukasi hampir seluruhnya berada dalam kategori baik. Analisis statistik menunjukkan perbedaan signifikan dengan p-value 0,000 (p &lt; 0,05). Temuan ini mendukung efektivitas media video sebagai alat edukasi kesehatan, khususnya untuk meningkatkan kesadaran ibu hamil tentang preeklamsia. Kesimpulannya, penggunaan media video dapat menjadi solusi praktis untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, yang berpotensi mengurangi risiko preeklamsia melalui deteksi dini dan tindakan pencegahan yang lebih baik.</p> Evi Karmila Jamhariyah Jamhariyah Susilawati Susilawati Copyright (c) 2025 Evi Karmila, Jamhariyah Jamhariyah, Susilawati Susilawati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 220 229 10.51878/healthy.v4i3.7055 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN BERAT BADAN BALITA DI DESA “K” KECAMATAN “J” KABUPATEN JEMBER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7056 <p>Growth monitoring is one of the main activities of the nutrition improvement program, which emphasizes efforts to prevent and improve toddler nutrition, seen from its etiology, the nutritional status of the population is influenced by several complex factors such as internal and external, one of which is related to parental knowledge/education. Mother's knowledge about nutritional needs greatly affects toddler weight because if the intake given is not appropriate, the toddler's weight will not increase. This study aims to determine the relationship between the level of maternal knowledge about nutritional needs and toddler weight gain. This study uses a cross-sectional design. The population includes all toddlers with T status totaling 186 toddlers. The sampling technique uses simple random sampling. Bivariate analysis in this study is using the Chi Square Test. The results of this study show a p value of 0.000 &lt;0.05, so it can be said that Ha is accepted and H0 is rejected, which means there is a relationship between the level of maternal knowledge and toddler weight gain in Kertonegoro Village. Knowledge of proper feeding in toddlers can be an indicator of toddler weight gain through the intake provided by the mother. Mothers with toddlers are advised to continue to deepen their knowledge about the importance of balanced nutrition for their growth and development. Health teams need to increase education about the importance of providing nutritious food for toddlers. Researchers can continue this research by exploring other factors that influence toddler weight gain, such as environmental factors, accessibility to healthy foods, or the social support mothers receive in providing nutrition.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi balita, di lihat dari etiologinya status gizi penduduk di pengaruhi oleh beberapa faktor yang komplek seperti internal dan ekternal salah satunya terkait pengetahuan /pendidikan orang tua. pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi sangat mempengaruhi berat badan balita karena jika asupan yang di berikan tidak sesuai, maka berat badan balita tidak akan naik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Tingkat pengetahuan ibu tentang kebutuhan nutrisi dengan kenaikan berat badan balita. Penelitian ini menggunakan desain cross Sectional. Populasinya meliputi semua balita dengan status T berjumlah 186 balita. Tehnik pengambilan sampel menggunakan <em>simple random sampling</em>. Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah menggunakan Uji <em>Chi Square</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan <em>p value</em> 0,000 &lt; 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima H0 ditolak yang berarti terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kenaikan berat badan balita di Desa Kertonegoro. Pengetahuan pemberian makan pada balita yang tepat dapat menjadi salah satu indikator kenaikan berat badan balita melalui asupan yang diberikan oleh ibu. Saran ibu yang memiliki balita, diharapkan dapat terus memperdalam pengetahuan mereka tentang pentingnya nutrisi seimbang untuk tumbuh kembang balita. Tim kesehatan perlu meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya pemberian makanan bergizi untuk balita, Peneliti dapat melanjutkan penelitian ini dengan mengeksplorasi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenaikan berat badan balita, seperti faktor lingkungan, aksesibilitas terhadap makanan sehat, atau dukungan sosial yang diterima ibu dalam pemberian gizi.</p> Hilmy Diar Nuril A Syiska Atik M Kiswati Kiswati Copyright (c) 2025 Hilmy Diar Nuril A, Syiska Atik M, Kiswati Kiswati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 230 237 10.51878/healthy.v4i3.7056 PERBEDAAN PREVALENSI DIABETES MELITUS BERDASARKAN RIWAYAT PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS DI UPTD PUSKESMAS BANGSALSARI https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7043 <p>Weight gain is one of the side effects caused by the use of hormonal contraceptives. The use of hormonal contraceptives, both DMPA and combination used by women, has an influence on weight gain or obesity, this condition can trigger the occurrence of Diabetes Mellitus. The prevalence of DM in women of childbearing age in Indonesia reaches 1.3 - 3.6% of 19.47 million. This study used a quantitative method with a comparative design, the population of women with Type 2 DM was 126 people. Sampling using random sampling obtained as many as 96 people. Data analysis used univariate with frequency distribution and bivariate using the Chi Square statistical test. Most of the respondents used DMPA or Progestin contraception (77.1%), and a small portion used combination contraception (22.9%). The results of the statistical test Asymp. Sig value in the chi square test is 0.001, so the hypothesis is accepted that there is a difference in the prevalence of diabetes mellitus based on the history of use of Hormonal Contraception in Women with DM. Productive Age Women are expected to be more selective in choosing safe contraception, to prevent the risk of DM or prevent metabolic changes in the body, especially those related to hormones that can worsen blood sugar conditions in the body. Age and length of use of hormonal contraception are also related to increased blood glucose levels, because the longer the use of hormonal contraception can cause hormonal disorders in the body.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Peningkatan Berat badan merupakan salah satu efek samping diakibatkan pemakaian kontrasepsi hormonal. Penggunaan kontrasepsi Hormonal baik DMPA maupun kombinasi yang digunakan oleh wanita memiliki pengaruh terhadap kenaikan berat badan atau obesitas, kondisi tersebut dapat memicu kejadian Diabetes Melitus. Prevalensi DM pada wanita usia subur di Indonesia mencapai 1,3 – 3,6 % dari 19,47 juta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain komparatif, populasi wanita penyandang DM Tipe 2 sejumlah 126 orang. Pengambilan sampel menggunakan random sampling didapatkan sebanyak 96 orang. Analisis data menggunakan univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat menggunakan uji statistik Chi Square. Sebagian besar dari responden menggunakan kontrsepsi DMPA atau Progestin (77,1%), dan sebagian kecil menggunakan menggunakan kontrasepsi kombinasi (22,9%). Hasil uji statistik nilai Asymp. Sig pada uji chi square adalah sebesar 0,001, sehingga hipotesis diterima yaitu terdapat perbedaan prevalensi diabetes melitus berdasarkan riwayat penggunaan Kontrasepsi Hormonal pada Wanita penderita DM. Wanita Usia Produktif diharapkan lebih selektif untuk memilih KB yang aman, Untuk mencegah resiko DM atau mencegah terjadinya perubahan metabolisme di dalam tubuh terutama yang berhubungan dengan hormon yang bisa memperburuk kondisi gula darah di dalam tubuh.Usia dan lama pemakaian kontrasepsi hormonal juga berkaitan dengan kenaikan kadar glukosa darah, sebab semakin lama pemakaian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan gangguan hormon dalam tubuh.</p> Novika Rahardiyantiningsih Lulut Sasmito Syiska Atik M Copyright (c) 2025 Novika Rahardiyantiningsih, Lulut Sasmito, Syiska Atik M 2025-09-27 2025-09-27 4 3 238 245 10.51878/healthy.v4i3.7043 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI SUNTIKAN GANDA https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7053 <p>The accuracy of administering double injection immunization is very important to ensure optimal protection for infants. East Java immunization data has decreased by 63.93% from 93.6%. The occurrence of Adverse Events (AEFI) can affect perceptions of immunization. Family support plays an important role in the success of immunization. Researchers want to know whether there is a relationship between family support and post-immunization adverse events with the timeliness of administering double injection immunization to infants aged 5-12 months in Karangsemanding village, Karangduren Community Health Center area. This quantitative research design is an analytical survey with a Cross Sectional approach. Data from the questionnaire and checklist results were then tested and analyzed using Fisher's Exact test. There is no relationship between Family Support and the Timeliness of Double Injection Immunization with p 0.421 &gt; ? = 0.05. There is a relationship between post-immunization adverse events with the Timeliness of Double Injection Immunization with p 0.008 &lt; ? = 0.05. There is no relationship between family support and the timeliness of double injection immunization. There is a relationship between post-immunization events and the timeliness of administering double injection immunization.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Ketepatan pemberian imunisasi suntikan ganda sangat penting untuk memastikan perlindungan yang optimal bagi bayi. Data imunisasi jawa timur mengalami penurunan yaitu 63.93 % dari 93.6%. KIPI yang terjadi dapat mempengaruhi persepsi terhadap imunisasi. Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam keberhasilan imunisasi. Peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan dukungan keluarga dan kejadian ikutan paska imunisasi dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi suntikan ganda pada bayi usia 5-12bulan di desa karangsemanding wilayah puskesmas karangduren. Desain penelitian kuantitatif ini adalah survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Data dari hasil kuisioner dan ceklist kemudian diuji dan dianalisis uji fisher’s Exact. Tidak ada hubungan Dukungan Keluarga dengan Ketepatan waktu Pemberian Imunisasi Suntikan Ganda dengan p 0,421 &gt; ? = 0,05. Ada hubungan kejadian ikutan paska Imunisasi Dengan Ketepatan Pemberian Imunisasi Suntikan ganda dengan p 0,008&lt; ? = 0,05. Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi suntikan ganda. Ada hubungan kejadian ikutan pasca imunisasi dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi suntikan ganda. </p> Eka Oktaviana Kiswati Kiswati I Gusti Ayu Karnasih Copyright (c) 2025 Eka Oktaviana, Kiswati Kiswati, I Gusti Ayu Karnasih 2025-09-27 2025-09-27 4 3 246 254 10.51878/healthy.v4i3.7053 FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI IBU HAMIL MELAKUKAN KUNJUNGAN ANC K1 AKSES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATAKAN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7042 <p>The gap in K1 access achievement in the Klatakan Community Health Center working area causes ANC according to standards not to be met. Based on the performance report of the Jember Regency Health Office, the K1 achievement target was set at 100% and the Klatakan Community Health Center's achievement was only 72%. Therefore, an analysis of the factors underlying pregnant women's visits to ANC K1 Access is needed. The type of research used is descriptive with a population of 99 pregnant women. Sampling used a purposive sampling technique to 45 pregnant women. Data processing using frequency distribution is presented in tabular form. The distribution of good knowledge levels was 16 respondents (35.6%). The distance from their residence to the community health center was far (&gt;3 km) namely 37 respondents (82.2%). Family support was included in the sufficient category of 21 people (46.7%). A small number of mothers had good knowledge, good knowledge will encourage better maternal health behavior in performing ANC. The distance from their residence was far for almost all respondents, that respondents felt reluctant to come because it required a long travel time and incur transportation costs. Nearly half of respondents had adequate family support, and pregnant women with good family support were found to have increased adherence to ANC visits. Suggestions for the Klatakan Community Health Center, the research site, include increasing the reach of ANC services by scheduling doctors at the Community Health Center (Pustu), Village Health Center (Polindes), and Village Health Post (Ponkesdes) and providing mobile ultrasound services.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Kesenjangan capaian K1 akses di wilayah kerja Puskesmas Klatakan menyebabkan ANC sesuai standar tidak terpenuhi. Berdasarkan laporan kinerja Dinkes Kabupaten Jember target capaian K1 yang ditetapkan 100% dan capaian Puskesmas Klatakan hanya 72%, sehingga diperlukan analisa faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi ibu hamil melakukan kunjungan ANC K1 Akses. Jenis penelitian menggunakan deskriptif dengan populasi ibu hamil sebanyak 99. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling menjadi 45 ibu hamil. Pengolahan data menggunakan distribusi frekuensi disajikan dalam bentuk tabel. Distribusi tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 responden (35,6%). Jarak tempat tinggal dengan puskesmas jauh (&gt;3 km) yaitu 37 responden (82,2%). Dukungan keluarga termasuk kategori cukup 21 orang (46,7%). Sebagian kecil ibu berpengetahuan baik, pengetahuan yang baik akan mendorong perilaku kesehatan ibu menjadi lebih baik dalam melakukan ANC. Jarak tempat tinggal jauh hampir seluruh dari responden, bahwa responden merasa enggan untuk datang karena memerlukan waktu tempuh lama dan mengeluarkan biaya transportasi. Hampir setengah dari responden memiliki dukungan keluarga cukup, ibu hamil dengan dukungan keluarga baik akan berdampak meningkatkan kepatuhan kunjungan ANC. Saran bagi Puskesmas Klatakan sebagai tempat penelitian adalah meningkatkan jangkauan pelayanan ANC dengan menjadwalkan dokter di Pustu/Polindes/Ponkesdes dan memberikan pelayanan USG mobile.</p> Citra Suko Kusumawati Riza Umami Kiswati Kiswati Copyright (c) 2025 Citra Suko Kusumawati, Riza Umami, Kiswati Kiswati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 255 263 10.51878/healthy.v4i3.7042 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN WASTING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASIYAN TAHUN 2024 https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7049 <p>Wasting is a condition when a child's weight decreases, is very low, or even below the normal range based on their height BB/TB (Z score) &lt;-2 SD. The incidence of wasting in Indonesia in 2022 was 10.2%. In East Java it was 7.2% and in Jember Regency it was 12.7% while in Kasiyan Health Center it was 9.4%. (SSGI 2022). The major impact that can be given by children with wasting is a decrease in cognitive abilities. This study aims to describe the factors that influence the incidence of wasting. The research design used descriptive analytic. The study population was 406 mothers/caregivers of wasting toddlers, a sample of 89 respondents and the sampling technique used non-probability sampling with a purposive sampling approach. Data were collected using questionnaires and analyzed using descriptive analysis. The results showed inadequate food intake (49.81%), a history of illness (diarrhea, fever) of (66.5%) and inappropriate nutritional parenting patterns of (72.73%). Conclusion: A history of infectious diseases in toddlers and inappropriate nutritional care are risk factors for wasting. Increasing mothers' knowledge about adequate food intake, infectious diseases, and nutritional care through integrated health posts (Posyandu) and classes for mothers of toddlers.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal berdasarkan tinggi badannya BB/TB (Z score) &lt; -2 SD. Angka kejadian wasting di Indonesia tahun 2022 10,2%. Di Jawa Timur sebesar 7,2% dan di Kabupaten Jember 12,7% sedangkan di Puskesmas Kasiyan sebesar 9,4%.(SSGI 2022). Dampak besar yang dapat di berikan oleh anak dengan wasting adalah penurunan kemampuan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor faktor yang mempengaruhi kejadian Wasting. Design penelitian menggunakan deskriptif analitik. Populasi penelitian 406 ibu/ pengasuh balita wasting, sample sebanyak 89 responden dan tekhnik sampling menggunakan <em>non probability sampling</em> dengan pendekatan <em>purposive sampling</em>. Data di kumpulkan menggunakan kuesioner dan di analisa menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan asupan makanan tidak adekuat (49,81%) riwayat penyakit (diare, demam) sebesar (66,5%) dan pola asuh gizi tidak sesuai sebesar (72,73%). Kesimpulan riwayat penyakit infeksi pada balita dan pola asuh gizi yang tidak sesuai merupakan faktor risiko kejadian wasting. meningkatkan pengetahuan ibu mengenai asupan makanan yang adekuat, penyakit infeksi dan pola asuh gizi melalui posyandu dan kelas ibu balita.</p> Hesrul Widiasari Riza Umami Kiswati Kiswati Copyright (c) 2025 Hesrul Widiasari, Riza Umami, Kiswati Kiswati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 264 271 10.51878/healthy.v4i3.7049 PERSENTASE KEBERHASILAN WAKTU PENUNDAAN PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH EDTA PADA INDEKS ERITROSIT https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7061 <p>A total of 70% of laboratory test results form the basis for medical decision-making. Approximately 61% of all laboratory errors are caused by pre-analytical procedures, including the length of time the test is delayed. K3EDTA is the anticoagulant used in this study. One important test for making a diagnosis is the assessment of erythrocyte indices. In this study, EDTA blood samples were evaluated immediately and after delays of two, four, and six hours to determine the success rate of erythrocyte index testing (MCV, MCH, and MCHC). This study used an analytical design and observational research methodology. Purposive sampling was used to identify 45 sixth-semester students from the Diploma Three program in Medical Laboratory Technology at the Surabaya Ministry of Health Polytechnic as the research population. This study was conducted in May 2025. The research data consisted of primary data obtained directly from laboratory test results. The data analysis techniques used were the Shapiro-Wilk normality test, homogeneity test, and parametric One-Way ANOVA test. The results of this study showed that delaying the EDTA blood sample examination did not affect the erythrocyte index values, with a success rate of 100%.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Sebanyak 70% hasil pemeriksaan laboratorium menjadi dasar dalam pengambilan keputusan medis. Sekitar 61% dari semua kesalahan laboratorium disebabkan oleh prosedur pra-analitik, diantaranya adalah lama waktu penundaan pemeriksaan. K3EDTA adalah antikoagulan yang digunakan dalam penelitian ini. Salah satu tes penting untuk membuat diagnosis adalah penilaian indeks eritrosit. Dalam studi ini, sampel darah EDTA dievaluasi secara langsung dan setelah penundaan dua, empat, dan enam jam untuk menentukan tingkat keberhasilan pemeriksaan indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC). Penelitian ini menggunakan desain analitis dan metodologi penelitian observasional. <em>Sampling purposive</em> digunakan untuk mengidentifikasi 45 mahasiswa program Diploma Tiga jurusan Teknologi Laboratorium Medis semester keenam di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya yang menjadi populasi penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2025. Data penelitian ini berupa data primer yang didapatkan langsung dari hasil pemeriksaan laboratorium. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas menggunakan uji <em>Shapiro-Wilk </em>, uji homogenitas, dan uji parametrik One Away ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penundaan waktu pemeriksaan sampel darah EDTA tidak memengaruhi nilai indeks eritrosit, dengan tingkat keberhasilan mencapai 100%.</p> Irodatus Sholihah Dwi Krihariyani Wisnu Istanto Syamsul Arifin Copyright (c) 2025 Irodatus Sholihah, Dwi Krihariyani, Wisnu Istanto, Syamsul Arifin 2025-09-27 2025-09-27 4 3 272 281 10.51878/healthy.v4i3.7061 PERUBAHAN ANGKA KEJADIAN STUNTING PASCA PELAKSANAAN PEMBERIAN MAKAN BAYI DAN ANAK DI DESA MLOKOREJO KECAMATAN PUGER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7050 <p>Stunting is a major problem because it can affect children's cognitive development, which has long-term impacts on productivity and the quality of human resources. In Indonesia, the stunting rate in 2022 reached 21.6%, and in East Java it was recorded at 19.2%, with a prevalence in Jember Regency of 34.9%. Mlokorejo Village was recorded as having 9.6% of stunted toddlers in 2023. One of the government's efforts to reduce the stunting rate is through the PMBA program, which aims to improve community knowledge and skills in providing appropriate food to infants and children. This comparative descriptive study used two samples. The population was 65 toddlers, with a sample of 55 toddlers using the Isaac and Michael sampling table. The measurement tool was the independent sample t-test. Data analysis showed that the average z-score of toddlers before and after the PMBA implementation only differed by 0.05, indicating that there was no significant difference in the stunting rate. Before the implementation of PMBA, the average height of stunted toddlers was 82.7 cm with a standard deviation of -2.7 SD, while after the implementation of PMBA, the average height of stunted toddlers was 81.6 cm with a standard deviation of -2.7 SD. There was no significant change in the incidence of stunting after the implementation of Infant and Young Child Feeding in Mlokorejo Village. It is hoped that further evaluation of the effectiveness of the PMBA program and the community will develop businesses that can improve nutrition, such as fish farming.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Kejadian stunting menjadi masalah utama karena dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, yang berdampak jangka panjang pada produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. Di Indonesia, angka kejadian stunting pada tahun 2022 mencapai 21,6%, dan di Jawa Timur tercatat 19,2%, dengan prevalensi di Kabupaten Jember sebesar 34,9%. Desa Mlokorejo tercatat memiliki 9,6% balita stunting pada tahun 2023. Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan angka kejadian stunting adalah melalui program PMBA, yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memberikan makanan yang tepat kepada bayi dan anak. Penelitian deskriptif komparatif dengan dua sampel. Populasi sebanyak 65 balita, dengan sampel sebanyak 55 balita menggunakan tabel penentuan sampel Isaac dan Michael. Alat ukur dengan uji t sampel bebas. Analisis data menunjukkan bahwa rata-rata z-score balita sebelum dan sesudah pelaksanaan PMBA hanya berbeda 0,05, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan dalam angka kejadian stunting. Sebelum pelaksanaan PMBA, rata-rata tinggi badan balita stunting adalah 82,7 cm dengan standar deviasi -2,7 SD, sedangkan setelah pelaksanaan PMBA, rata-rata tinggi badan balita stunting adalah 81,6 cm dengan standar deviasi -2,7 SD. Tidak terdapat perubahan signifikan pada angka kejadian stunting pasca pelaksanaan Pemberian Makan Bayi dan Anak di Desa Mlokorejo. Diharapkan untuk mengevaluasi lebih lanjut efektivitas program PMBA dan masyarakat mengembangkan usaha yang dapat meningkatkan gizi, seperti budidaya ikan.</p> Aimmatul Mabruroh Lulut Sasmito Jenie Palupi Copyright (c) 2025 Aimmatul Mabruroh, Lulut Sasmito, Jenie Palupi 2025-09-27 2025-09-27 4 3 282 289 10.51878/healthy.v4i3.7050 GAMBARAN KEPATUHAN BIDAN DALAM PENGISIAN BUKU KIA IBU HAMIL DI WILAYAH IBI RANTING RAMBIPUJI https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7051 <p>The KIA Handbook is a source of maternal and fetal health information used by health workers, especially midwives, as a communication medium. This handbook is provided to every pregnant woman up to the age of 6 years. Based on the 2018 East Java Basic Health Research (Riskesdas), 75.5% of mothers have a KIA handbook, while 24.5% do not. Based on a preliminary study, a small percentage (30%) of midwives in the IBI branch of the Rambipuji Community Health Center (Puskesmas) comply with documenting in the KIA handbook. The purpose of this study was to describe midwives' compliance in completing the KIA handbook for pregnant women in the IBI branch of the Rambipuji branch. Method: The research design was descriptive with a descriptive survey method. The population was 52 TPMB and the sample was 52 TPMB using a saturated sampling technique. The instruments used were a questionnaire and the KIA handbook for pregnant women. Some midwives are compliant with documenting their care in the Maternal and Child Health (KIA) book, which consists of five indicators. The compliance rate includes identity (13.5%), maternal care (0%), delivery mandate (5.8%), pregnancy care chart (42.3%), and weight gain chart (15.4%). Midwives in the Rambipuji branch of the Indonesian Midwifery Association (IBI) do not document care in accordance with regulations. This issue should be addressed by the regional IBI to improve midwives' abilities and skills in completing the KIA book by conducting training.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Buku KIA merupakan sumber informasi kesehatan ibu dan janin yang digunakan oleh petugas kesehatan khususnya bidan sebagai media komunikasi. Buku ini diberikan pada setiap ibu hamil hingga anak berusia 6 tahun. Berdasarkan data Riskesdas Jawa Timur 2018 sebanyak 75,5% ibu memiliki buku KIA dan 24,5 % ibu tidak memiliki buku KIA. Berdasarkan studi pendahuluan sebagian kecil (30%) bidan di wilayah IBI ranting Puskesmas Rambipuji patuh melakukan pendokumentasian di buku KIA. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kepatuhan bidan dalam pengisian buku KIA ibu hamil di wilayah IBI Ranting Rambipuji. Desain penelitian deskriptif dengan metode survey deskriptif. Populasi sebanyak 52 TPMB dan sampel 52 TPMB teknik sampling adalah sampel jenuh. Instrumen menggunakan kuesioner dan buku KIA ibu hamil<em>.</em> Sebagian bidan yang patuh dalam melakukan pendokumentasian dibuku KIA yang terdiri dari 5 indikator, angka kepatuhan meliputi identitas (13,5%), pelayanan ibu (0%), amanat persalinan (5,8%), grafik pelayanan kehamilan (42,3%) dan grafik peningkatan berat badan (15,4%) Bidan di wilayah IBI ranting Rambipuji tidak melakukan pendokumentasian asuhan yang sesuai dengan ketentuan. Hal ini dapat menjadi perhatian oleh IBI wilayah untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan bidan dalam pengisian buku KIA dengan mengadakan pelatihan</p> Kurnia Puspitawati Syiska Atik M Dian Aby R Copyright (c) 2025 Kurnia Puspitawati, Syiska Atik M, Dian Aby R 2025-09-27 2025-09-27 4 3 290 299 10.51878/healthy.v4i3.7051 HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL DI DESA TISNOGAMBAR BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7039 <p>Chronic Energy Deficiency (CED) is a nutritional problem caused by insufficient food intake over a long period of time, counting years. Data from the Ministry of Health in 2021 shows that the percentage of pregnant women with CED in Indonesia is 8.7%. East Java is 9.2%. Jember Regency in 2023 was 13.86%. From the Baangsalsari Health Center in 2023 was 10.1%. The purpose of this study was to analyze the relationship between family income and the incidence of chronic energy deficiency in pregnant women in Tisnogambar Bangsalsari Village, Jember Regency. The type of research used was analytical with a correlation design and a cross-sectional approach. The number of pregnant women studied was 40 mothers using the Saturated Sampling Technique. The measuring instrument was a questionnaire, using the Fisher's Exact test. Low family income was 57.5% and high family income was 42.5%, pregnant women with CED were 52.5% and pregnant women without CED were 47.5%. The results of data analysis using Fisher's Exact obtained a p-value calculation of 0.001 &lt; ? 0.05, indicating a relationship between family income and the incidence of chronic energy deficiency in pregnant women. Low income is one factor that influences the incidence of CED in pregnant women because it is related to family purchasing power and the ability to meet nutritional needs during pregnancy. Pregnant women can meet nutritional needs during pregnancy with foods made from local ingredients, making them more affordable.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan masalah gizi yang disebabkan karena kurangnya asupan makanan dalam waktu yang cukup lama,hitungan tahun.Data Kemenkes tahun 2021 Persentase Ibu hamil KEK di Indonesia sebesar 8,7%. Jawa Timur sebesar 9,2%. Kabupaten Jember tahun 2023 sebesar 13,86%. Dari Puskesmas Baangsalsari tahun 2023 sebesar 10,1%. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis pada Ibu hamil di Desa Tisnogambar Bangsalsari Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain korelasi, dan pendekatan cross sectional.Jumlah ibu hamil yang diteliti 40 ibu dengan menggunakan Teknik Sampling Jenuh. Alat Ukurnya berupa kuisioner, menggunakan uji Fisher’s Exact. Pendapatan Keluarga yang rendah sebesar 57,5% dan pendapatan keluarga yang tinggi sebesar 42,5%, ibu hamil KEK sebesar 52,5% dan ibu hamil tidak KEK sebesar 47,5%. Hasil analisis data menggunakan Fisher’s Exact didapatkan perhitungan p-value 0.001 &lt; ? 0.05 maka terdapat Hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil. Pendapatan rendah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil karena berkaitan dengan daya beli keluarga dan kemampuan untuk memenuhi nutrisi selama kehamilan. Ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan dengan makanan yang berbahan-bahan lokal sehingga lebih terjangkau.</p> Livia Hidayatul Husnia Gumiarti Gumiarti Susilawati Susilawati Copyright (c) 2025 Livia Hidayatul Husnia, Gumiarti Gumiarti, Susilawati Susilawati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 300 308 10.51878/healthy.v4i3.7039 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM ARV (ANTIRETROVIRAL) PADA IBU BALITA ODHIV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KENCONG JEMBER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7047 <p>The problems faced by PLHIV are very complex, especially mothers of toddlers with HIV, namely fear of being abandoned by their husbands, being shunned by their families and not believing they are infected with HIV, which affects adherence to taking medication. ARV (AntiRetroviral) therapy is a lifelong therapy, requiring high compliance of at least 95% of the dose, so family system support is needed in ARV drinking management. OnART data from Kencong Health Center shows 234 PLHIV and LFU data shows 35 PLHIV. The purpose of this study was to determine the relationship between family support and adherence to taking ARV (AntiRetroviral) in mothers of toddlers with HIV in the Kencong Health Center Jember work area. The research design was observational analytic with a case control study approach with a questionnaire as a measuring instrument. The population of this study was 54 mothers of toddlers with a sampling technique of total sampling. The results of the calculation showed that almost all mothers of toddlers with HIV received support of 94.44% and almost all mothers of toddlers with HIV were compliant in taking ARVs of 79.63%. The results of the Chi Square test obtained a p value of 0.040 &lt;0.05, meaning that there is a relationship between family support and adherence to taking ARV (AntiRetroviral) in mothers of toddlers with HIV in the Kencong Jember Health Center work area with a fairly close relationship. It is hoped that health workers will provide information and education about ARV treatment by involving families in order to increase family support for adherence to taking ARV drugs.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Masalah yang dihadapi ODHIV sangatlah komplek khususnya ibu balita ODHIV yaitu takut ditinggalkan suami, dijauhi keluarga dan tidak percaya terinfeksi HIV sehingga mempengaruhi kepatuhan minum obat. Terapi ARV (<em>AntiRetroviral</em>) adalah terapi seumur hidup, memerlukan kepatuhan tinggi minimal 95% dari dosis maka dibutuhkan support sistem keluarga dalam manajemen minum ARV. Data OnART Puskesmas Kencong ada 234 ODHIV dan data LFU ada 35 ODHIV. Tujuan Penelitian yakni mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum ARV <em>(AntiRetroviral)</em> pada ibu balita ODHIV di wilayah kerja Puskesmas Kencong Jember. Desain penelitian adalah <em>analitik obsevasional </em>dengan pendekatan <em>case control study</em> dengan alat ukur kuesioner. Populasi penelitian ini sebanyak 54 ibu balita ODHIV dengan teknik pengambilan sample yaitu total sampling. Hasil dari perhitungan hampir seluruh ibu balita ODHIV mendapatkan dukungan sebanyak 94,44% dan hampir seluruh ibu balita ODHIV patuh minum ARV sebanyak 79,63%. Hasil uji <em>Chi Square</em> didapatkan <em>p</em> value 0,040&lt; 0,05 artinya ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum ARV <em>(AntiRetroviral)</em> pada ibu balita ODHIV di wilayah kerja Puskesmas Kencong Jember dengan keeratan hubungan cukup. Diharapkan petugas kesehatan memberikan informasi dan edukasi tentang pengobatan ARV dengan melibatkan keluarga guna meningkatkan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat ARV.</p> Lulus Eka Skripsiwati Kiswati Kiswati Syaiful Bachri Sugijati Sugijati Copyright (c) 2025 Lulus Eka Skripsiwati, Kiswati Kiswati, Syaiful Bachri, Sugijati Sugijati 2025-09-27 2025-09-27 4 3 309 321 10.51878/healthy.v4i3.7047 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN IVA PADA PASANGAN USIA SUBUR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUGER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7045 <p>Cervical cancer in Indonesia ranks second after breast cancer. The cause of the high incidence of cervical cancer is the low early detection with IVA examination. This study aims to determine the relationship between husband's support and IVA examination behavior in the Puger Health Center work area. This study uses a correlation method with a quantitative approach. The population of this study was fertile couples with mothers aged 30-50 years totaling 5,008 people. With the Purposive sampling technique, the number of samples was 98 respondents. Data collection using a questionnaire. The results of the chi square analysis showed a p value of 0.001, which means that there is a relationship between husband's support and IVA examination behavior. In the correlation coefficient d test, the r value was obtained at 0.445, meaning that the closeness of the relationship was in the medium category. There is a relationship between husband's support and IVA examination behavior in fertile couples in the Puger Health Center work area, Jember Regency. To improve the behavior of IVA examination in PUS mothers, counseling and approaches need to be carried out to husbands so that they can provide good support to their wives to undergo IVA examinations.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Kanker serviks di Indonesia menempati peringkat kedua setelah kanker payudara. Penyebab tingginya kejadian kanker serviks adalah rendahnya deteksi dini dengan pemeriksaan IVA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan IVA di wilayah kerja Puskesmas Puger. Penelitian ini menggunakan metode korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah Pasangan usia subur dengan usia ibu 30-50 tahun sebanyak 5.008 orang. Dengan Teknik Purposive sampling, jumlah sampel sebanyak 98 responden. Pengumpulan data dengan kuesioner. Hasil Analisa chi square menunjukkan <em>p value</em> 0.001 yang artinya ada hubungan dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan IVA. Pada uji koefisien korelasi d diperoleh hasil nilai r sebesar 0,445 artinya keeratan hubungan kategori sedang. Ada hubungan antara dukungan suami dengan perilaku pemeriksaan IVA pada pasangan usia subur di wilayah kerja puskesmas Puger Kabupaten Jember. Untuk meningkatkan perilaku pemeriksaan IVA pada ibu PUS perlu dilakukan penyuluhan dan pendekatan kepada suami agar dapat memberikan dukungan yang baik pada istri untuk melakukan pemeriksaan IVA.</p> Maria Ulfa Riza Umami Syiska Atik Maryanti Dian Aby Restanty Copyright (c) 2025 Maria Ulfa, Riza Umami, Syiska Atik Maryanti, Dian Aby Restanty 2025-09-27 2025-09-27 4 3 322 331 10.51878/healthy.v4i3.7045 PERBEDAAN SIKAP IBU ANAK BAWAH DUA TAHUN DALAM PENCEGAHAN STUNTING SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENYULUHAN MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DI DESA KASIYAN DI PUSKESMAS KASIYAN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7048 <p>According to the stunting data of Kasiyan Health Center from EPPGBM (Electronic Recording and Reporting of Community-Based Nutrition) in 2023 it was 9.4%, while the number of children under two years old with stunting at Kasiyan Health Center in 2023 was 8%. In stunting, the role of mothers is very important in preventing toddlers from experiencing problems with nutritional status, for example stunting. If mothers have a good attitude in fulfilling toddler nutrition, it will prevent stunting. This study is to determine the difference in the attitudes of mothers of children under two years old in preventing stunting before and after being given counseling using flip chart media in Kasiyan Village at Kasiyan Health Center. Method: This study design uses one group pretest-posttest. The population is mothers of children under two years old in Kasiyan Village. The sampling technique uses saturated sampling. The sample is 24 respondents. The statistical analysis technique used in this study is the Wilcoxon Signed Rank Test. Results: There was a lack of attitude in mothers before being given counseling 37.5% and the lack of attitude in mothers after being given counseling decreased to 17%. With the Wilcoxon Signed Rank Test analysis, the p-value result was 0.004&gt; ? 0.05, so there was a difference in mothers' attitudes in preventing stunting before and after being given counseling using flip chart media. Conclusion: There was a difference before being given counseling, a small portion / almost half of the respondents had a lack of attitude and after being given counseling half of the respondents had a good attitude. Discussion: The Kasiyan Health Center can provide counseling about stunting to mothers of toddlers using flip chart media.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Menurut Data stunting Puskesmas Kasiyan dari EPPGBM (Eleltronok Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) pada tahun 2023 sebesar 9,4 %, sedangkan jumlah anak bawah dua tahun dengan stunting di Puskesmas Kasiyan pada tahun 2023 sebesar 8 %. Dalam stunting yaitu peran ibu sangat penting dalam mencegah balita agar tidak mengalami permasalahan pada status gizi misalnya stunting salah satunya. Jika ibu mempunyai sikap yang baik dalam pemenuhan gizi balita maka akan mencegah terjadinya stunting. Peneitian ini untuk mengetahui perbedaan sikap ibu anak bawah dua tahun dalam pencegahan stunting sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media flip chart di Desa Kasiyan di Puskesmas Kasiyan. Metode : Desain penelitian ini menggunakan one grup pretest- posttest. Populasinya adalah ibu anak bawah dua tahun di Desa Kasiyan. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Sampel sebanyak 24 responden. Teknik analisis statistic yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil : Terdapat sikap kurang pada ibu sebelum diberikan penyuluhan 37,5% dan sikap kurang pada ibu sesudah diberikan penyuluhan turun menjadi 17%. Dengan uji analisis Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan hasil p-value 0,004 &gt; ? 0,05 maka terdapat perbedaan sikap ibu dalam pencegahan stunting sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan menggunakan media flip chart. Kesimpulan : Ada perbedaan sebelum diberikan penyuluhan sebagian kecil / hampir setengah responden memiliki sikap kurang dan sesudah diberikan penyuluhan setengah dari responden memiliki sikap baik. Diskusi : Pihak Puskesmas Kasiyan bisa memberikan penyuluhan tentang stunting pada ibu balita dengan media flip chart.</p> Meitha Christina Nurindah Gumiarti Gumiarti Jenie Palupi Dian Aby Restanti Copyright (c) 2025 Meitha Christina Nurindah, Gumiarti Gumiarti, Jenie Palupi, Dian Aby Restanti 2025-09-27 2025-09-27 4 3 332 342 10.51878/healthy.v4i3.7048 POLA PERUBAHAN Z-SCORE PASKA PEMBERIAN PMT PEMULIHAN PADA BALITA STUNTING DI UPTD PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7059 <p>Stunting is a chronic malnutrition problem caused by insufficient nutritional intake over a long period due to the provision of food that does not meet nutritional needs. Indicators of stunting in toddlers can be seen through the Z-Score assessment, the measurement results are at the threshold (Z-Score) &lt;-2 SD. One of the activities carried out to overcome the incidence of stunting is through the Provision of Supplementary Food (PMT). PMT is provided daily with a portion of 1 complete meal a week and 1 snack a week. The purpose of this study was to determine changes in the Z-score value after the provision of recovery PMT in stunted toddlers at the UPTD Kemuningsari Kidul Community Health Center. The research method used a comparative research design with a population of all stunted toddlers who received recovery PMT totaling 36 toddlers. The sampling technique used simple random sampling with Paired Sample T-Test analysis. The results of this study showed a p-value of 0.015 &lt; ? 0.05, so it can be said that there was a change in the Z-score value before and after the provision of 60-day recovery PMT for stunted toddlers at the UPTD Kemuningsari Kidul Health Center. In conclusion, the recovery PMT program has great potential in reducing stunting rates in the region, with most toddlers showing positive improvements.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan karena asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Indikator balita dikatakan stunting dapat dilihat melalui penilaian Z-Score, hasil pengukuran tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) &lt;-2 SD. Kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kejadian stunting salah satunya adalah melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Pemberian PMT dilakukan setiap hari dengan porsi 1 kali makanan lengkap dalam seminggu dan kudapan 1 kali dalam seminggu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui adanya perubahan nilai Z-score paska pemberian PMT pemulihan pada balita stunting di UPTD Puskesmas Kemuningsari Kidul. Metode penelitian menggunakan desain penelitian komparatif dengan populasi semua balita stunting yang mendapatkan PMT pemulihan berjumlah 36 balita. Tehnik pengambilan sampel menggunakan <em>simple random sampling</em> dengan uji analisis <em>Paired Sample T-Test</em>. Hasil penelitian ini menunjukkan <em>p value </em>0,015 &lt; ? 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perubahan nilai Z-score sebelum dan paska pemberian PMT pemulihan 60 hari makan pada balita stunting di UPTD Puskesmas Kemuningsari Kidul. Kesimpulan program PMT pemulihan memiliki potensi besar dalam mengurangi angka stunting di wilayah tersebut, dengan sebagian besar balita menunjukkan perbaikan yang positif.</p> Nilla Marolin Heny Vitasari Jamhariyah Jamhariyah Lulut Sasmito Copyright (c) 2025 Nilla Marolin Heny Vitasari, Jamhariyah Jamhariyah, Lulut Sasmito 2025-09-27 2025-09-27 4 3 343 350 10.51878/healthy.v4i3.7059 OPTIMALISASI PERAN KADER DALAM PENYULUHAN P4K SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN PELATIHAN KADER DI KELURAHAN GEBANG UPTD PUSKESMAS PATRANG https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7058 <p>The role of cadres in P4K is still low, especially in educating pregnant women due to the lack of optimal programs that include the role of cadres. Cadres in Gebang Village were found that out of 20% of cadres who conducted P4K counseling both in and outside the posyandu. This is due to the lack of coaching and increasing the knowledge capacity of cadres. This study aims to determine the optimality of the role of cadres in P4K counseling before and after providing cadre training. Researchers conducted a rapid survey using a quantitative comparative study research design, Cluster random sampling technique and Simple random sampling using a One Group Pretest-Posttest research design with a sample of 100 respondents. Data analysis used the Wilcoxon Test. The results showed that the role of cadres before being given training was 54% inactive. While the role of cadres after being given training was 56% active. The results of the analysis obtained a p-value of 0.000 &lt;? (0.05). The conclusion in this study is that there is an optimal role for cadres in P4K counseling before and after training was given in Gebang Village, UPTD Patrang Health Center.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Peran kader dalam P4K masih rendah, terutama dalam mengedukasi ibu hamil dikarenakan kurang maksimalnya program yang mengikut sertakan peran kader. Kader di Kelurahan Gebang ditemukan bahwa dari 20% kader yang melakukan penyuluhan P4K baik di dalam posyandu maupun di luar posyandu. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pembinaan dan peningkatan kapasitas pengetahuan kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Optimal tidaknya Peran Kader Dalam Penyuluhan P4K dari Sebelum dan Setelah Pemberian Pelatihan Kader. Peneliti melakukan survei cepat menggunakan desain penelitian studi kuantitatif comparation, teknik Cluster random sampling dan Simple random sampling menggunakan desain penelitian One Group Pretest-Posttest dengan sampel 100 responden. Analisis data menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kader sebelum diberi pelatihan yaitu terdapat 54% kader tidak aktif. Sedangkan peran kader setelah diberikan pelatihan yaitu terdapat 56% kader berperan aktif. Hasil analisis di peroleh p-value 0.000 &lt; ? (0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini adanya Peran kader yang optimal dalam penyuluhan P4K dari sebelum dan setelah diberikan Pelatihan di Kelurahan Gebang UPTD Puskesmas Patrang.</p> Tanti Widiarti Jamhariyah Jamhariyah Lulut Sasmito Copyright (c) 2025 Tanti Widiarti, Jamhariyah Jamhariyah 2025-09-27 2025-09-27 4 3 351 358 10.51878/healthy.v4i3.7058 HUBUNGAN PERSEPSI IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DENGAN NIAT RUJUKAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDUREN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7054 <p>The referral system is expected to improve quality health services. Of the 13,523 high-risk pregnant women, only 10,518 were referred, meaning that 3,005 did not want to be referred (22.22%) (Jember District Health Office, 2023). The role of the family, income, perceptions of pregnant women about high-risk pregnancies, distance to service facilities, health, health service facilities, perceptions of health service costs can influence decision making in referral intentions. This study aims to determine the relationship between pregnant women's perceptions about high-risk pregnancies and referral intentions in high-risk pregnant women in the working area of ??the Karangduren Community Health Center, Jember Regency. The design of this study is observational through a cross-sectional approach. The population of this study was all high-risk pregnant women who had KSPR ? 10 from January to May 2024, a total of 74 people with a sample of 62 people using simple random sampling. This study found that high-risk pregnant women had a positive perception of 88.7%, and 69.4% of high-risk pregnant women had the intention to be referred to further facilities. From the results of the Fsiher's Exact Test analysis, p 0.002 &lt;? = 0.05 was obtained, There is a relationship between pregnant women's perceptions of high-risk pregnancies and referral intentions in the work area of ??the Karangduren Community Health Center, Jember Regency in 2024.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Sistem rujukan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu .Ibu hamil resiko tinggi sejumlah 13.523 hanya 10.518 yang di lakukan rujukan artinya ada 3.005 yang tidak mau di lakukan rujukan (22,22 %) (Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, 2023). Peranan keluarga, pendapatan, persepsi Ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi, jarak ke fasilitas layanan, kesehatan,, sarana-prasana layanan kesehatan, persepsi biaya layanan kesehatan dapat memengaruhi pengambilan keputusan dalam niat rujukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Persepsi ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan niat rujukan pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Karangduren Kabupaten Jember. Desain penelitian ini adalah <em>observasional</em> melalui pendekatan <em>crossectional</em>. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil resiko tinggi yang memilik KSPR ? 10 bulan januari s/d mei 2024 sejumlah 74 orang dengan jumlah sampel 62 orang yang menggunakan <em>simple random sampling. </em>ini didapatkan ibu hamil resiko tinggi yang memiliki persepsi positif 88,7 %, dan 69,4% ibu hamil resiko tinggi yang mempunyai niat untuk dilkakukan rujukan ke fasilitas lebih lanjut. Dari hasil analisis uji <em>Fsiher’s Exact Test</em> didapatkan <em>p</em> 0,002&lt; <em>?</em> = 0,05, Ada hubungan persepsi ibu hamil tentang kehamilan resiko tinggi dengan niat rujukan diwilayah kerja Puskesmas Karangduren Kabupaten Jember pada tahun 2024.</p> Putri Lijayani I Gusti Ayu Karnasih Gumiarti Gumiarti Copyright (c) 2025 Putri Lijayani, I Gusti Ayu Karnasih, Gumiarti Gumiarti 2025-09-27 2025-09-27 4 3 359 367 10.51878/healthy.v4i3.7054 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN HASIL PCR HPV DNA DI LABORATORIUM MEDIS CITO SEMARANG https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7060 <p>This study is motivated by the high incidence of cervical cancer globally, which is largely caused by Human Papilloma Virus (HPV) infection. Given that early detection through HPV DNA PCR testing is an important standard, understanding associated risk factors is crucial. However, the relationship between patient characteristics and HPV test results often varies. Therefore, this study focuses on analyzing the relationship between patient characteristics including age, contraceptive use, parity, vaginal complaints, and gynecological conditions with HPV DNA PCR results at the Cito Medical Laboratory in Semarang. This study used a cross-sectional design with a quantitative descriptive approach to 66 samples of patient medical records. Data that were not normally distributed were analyzed using the Spearman correlation test. The results showed no statistically significant relationship between age (p=0.615), contraceptive use (p=0.195), parity (p=0.32), and vaginal complaints (p=0.514) with HPV DNA PCR results. However, a significant positive relationship was found between gynecological conditions and HPV DNA PCR results (p=0.021). It was concluded that among the various characteristics tested, gynecological conditions were the only factor that had a significant association with positive HPV DNA PCR results in this study population.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka kejadian kanker serviks secara global, yang sebagian besar disebabkan oleh infeksi <em>Human Papilloma Virus</em> (HPV). Mengingat deteksi dini melalui tes PCR HPV DNA menjadi standar penting, pemahaman terhadap faktor risiko yang berhubungan menjadi krusial. Namun, hubungan antara karakteristik pasien dengan hasil tes HPV seringkali bervariasi. Oleh karena itu, penelitian ini berfokus untuk menganalisis hubungan antara karakteristik pasien meliputi usia, penggunaan kontrasepsi, paritas, keluhan vagina, dan kondisi ginekologi dengan hasil PCR HPV DNA di Laboratorium Medis Cito Semarang. Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em> dengan pendekatan deskriptif kuantitatif terhadap 66 sampel data rekam medis pasien. Data yang tidak terdistribusi normal dianalisis menggunakan uji korelasi <em>Spearman</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara usia (p=0,615), penggunaan kontrasepsi (p=0,195), paritas (p=0,32), dan keluhan vagina (p=0,514) dengan hasil PCR HPV DNA. Namun, ditemukan adanya hubungan positif yang signifikan antara kondisi ginekologi dengan hasil PCR HPV DNA (p=0,021). Disimpulkan bahwa di antara berbagai karakteristik yang diuji, kondisi ginekologi merupakan satu-satunya faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan hasil positif PCR HPV DNA pada populasi studi ini.</p> Ratih Heliana Copyright (c) 2025 Ratih Heliana 2025-09-27 2025-09-27 4 3 368 375 10.51878/healthy.v4i3.7060 PENGARUH PENYULUHAN TENTANG SHK DENGAN MEDIAVIDEO TERHADAP KESEDIAAN PEMERIKSAAN SHK PADA BBL DI WILAYAH PUSKESMAS PUGER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7046 <p>Congenital Hypothyroidism Screening (CHS) is a government program as an effort to early detect cases of Congenital Hypothyroidism (CH) in newborns for subsequent treatment. In 2023, the coverage reached 6,469 babies out of 49,536 (13.06%) live births in Jember Regency, whereas the SHK target was 100%. Puger Health Center in 2023 covered 33 babies (4%) out of 823 live births. to determine the effect of counseling about SHK using video media on the willingness of SHK examinations in newborns in the Puger Health Center area. The type of research used was comparative. The population of this study consisted of all pregnant women with 38-39 weeks gestation in the Puger Health Center working area totaling 80 respondents and a research sample of 66 respondents. The case control group sampling technique was carried out using proportional stratified random sampling. Shows that respondents who received counseling without video media as many as 20 people (60.6%) agreed to provide willingness to SHK examination on newborns. Meanwhile, respondents who received counseling with video media reached 28 people (84.8%) who stated their willingness to SHK examination on newborns. The results of the chi square test analysis showed a p value of 0.026 where the p value &lt;? = 0.05 means that there is an effect of counseling about SHK with video media on the willingness of SHK examination on newborns in the Puger Health Center area. Counseling about SHK with video media for pregnant women is able to increase understanding, thereby increasing the willingness and achievement of SHK coverage on newborns in the Puger Health Center area.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Skrining Hipotiroidisme Kongenital (SHK) merupakan suatu program pemerintah sebagai upaya menemukan secara dini kasus Hipotiroidisme Kongenital (HK) pada bayi baru lahir untuk kemudian diobati. Pada tahun 2023 capaian cakupan 6.469 bayi dari 49.536 (13,06%) bayi lahir hidup se-Kabupaten Jember padahal target SHK 100%. Puskesmas Puger pada tahun 2023 cakupannya sejumlah 33 bayi (4%) dari 823 bayi lahir hidup. untuk mengetahui pengaruh penyuluhan tentang SHK dengan media video terhadap kesediaan pemeriksaan SHK pada BBL di wilayah Puskesmas Puger. Jenis penelitian yang digunakan adalah komparatif. Populasi penelitian ini terdiri dari seluruh ibu hamil UK 38-39 minggu di wilayah kerja Puskesmas Puger berjumlah 80 responden dan sampel penelitian 66 responden. Teknik pengambilan sampel kelompok <em>case control </em>dilakukan dengan menggunakan teknik <em>proporsional stratified random sampling</em>. Menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan penyuluhan tanpa media video sebanyak 20 orang (60,6%) setuju memberikan kesediaan pemeriksaan SHK pada BBL. Sementara itu, responden yang mendapatkan penyuluhan dengan media video mencapai 28 orang (84,8%) yang menyatakan kesediaannya untuk pemeriksaan SHK pada BBL. Hasil analisis uji chi square menunjukkan nilai p adalah 0.026 dimana nilai <em>p </em>&lt; ? = 0,05 artinya terdapat pengaruh penyuluhan tentang SHK dengan media video terhadap kesediaan pemeriksaan SHK pada BBL di wilayah Puskesmas Puger. Penyuluhan tentang SHK dengan media video pada ibu hamil mampu meningkatkan pemahaman, sehingga meningkatkan kesediaan dan capaian cakupan SHK pada BBL di wilayah Puskesmas Puger.</p> Riesma Dwi Mayantie Sugijati Sugijati Kiswati Kiswati I Gusti Ayu Kanarsih Copyright (c) 2025 Riesma Dwi Mayantie, Sugijati Sugijati, Kiswati Kiswati, I Gusti Ayu Kanarsih 2025-09-27 2025-09-27 4 3 376 384 10.51878/healthy.v4i3.7046 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMINATAN KB PASCA PERSALINAN IUD DIWILAYAH PUSKESMAS PALERAN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7052 <p>Postpartum family planning (IUD) is still rarely sought after by postpartum mothers. The low usage rate is 62 acceptors (16.5%) of the target of 338 acceptors (65%) of new postpartum family planning in the Paleran Community Health Center area. One form of husband's participation in the use of family planning is supporting his wife in choosing a family planning tool. Husband's support is one of the factors that can influence the mother's interest in using postpartum IUD family planning. The purpose of this study was to determine the relationship between husband's support and interest in postpartum IUD family planning. This study used a correlational analytical study type with a cross-sectional design with a population of 155 pregnant women, a sample of 112 pregnant women, a simple random sampling technique and the test used was chi square. The results showed that 56.2% of respondents received husband's support, 75.9% of respondents were not interested in postpartum IUD family planning. The results of the test analysis obtained a p-value of 0.001 &lt;? 0.05. There is a relationship between husband's support and interest in postpartum IUD contraception. It is recommended that husbands participate in their wives' choice of contraception after giving birth and that health workers increase counseling on postpartum IUD contraception.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Keluarga Berencana pasca persalinan IUD masih jarang diminati oleh Ibu pasca salin, Angka penggunaaannya yang rendah yaitu 62 akseptor (16,5%) dari target 338 akseptor (65%) KB baru pasca persalinan diwilayah Puskesmas Paleran. Salah satu bentuk partisipasi suami dalam penggunaan alat KB adalah mendukung istri dalam memilih alat KB.Dukungan suami menjadi salah satu faktor yang bisa mempengaruhi minat ibu untuk menggunakan KB pasca persalianan IUD. Tujuan penelitian ini untuk mengatahui hubungan dukungan suami dengan peminatan KB pasca persalinan IUD. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian <em>analitik korelationa</em>l dengan desain<em> cross sectional </em>dengan jumlah populasi 155 ibu hamil, jumlah sampel penelitian 112 ibu hamil, teknik sampling <em>simple random samping</em> dan uji yang digunakan adalah <em>chi square. </em>Hasil 56,2 % responden mendapat dukungan suami, 75,9 % responden tidak berminat KB pasca persalinan IUD, Hasil analisis uji didapatkan <em>p-value</em> 0,001 &lt; ? 0.05. Terdapat hubungan dukungan suami dengan peminatan KB pasca persalinan IUD, disarankan kepada suami ikut serta dalam pemilihan KB pada istrinya setelah melahirkan dan tenaga kesehatan meningkatkan penyuluhan tentang KB pasca persalinan IUD</p> Siti Nur Khasanah Jenie Palupi Gumiarti Gumiarti Copyright (c) 2025 Siti Nur Khasanah, Jenie Palupi, Gumiarti Gumiarti 2025-09-27 2025-09-27 4 3 385 392 10.51878/healthy.v4i3.7052 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) K4 DI DESA ROWOTENGAH PUSKESMAS ROWOTENGAH https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7044 <p>The ANC K4 examination of pregnant women aims to recognize complications due to pregnancy, recognize the location of the fetus and presentation if there are risks accompanying the pregnancy so that a proper and adequate birth plan can be established. In 2023, 79.32% of pregnant women will undergo K4 ANC examinations in Jember Regency, 72.48% in the Rowotengah Community Health Center and 88.74% in Rowotengah Village. This research aims to determine the relationship between family support and ANC K4 visits in Rowotengah Village, Rowotengah Health Center. This research design uses correlation analytics with a crosssectional approach. The population in this study was the number of pregnant women in Trimester (TM) 3 in Rowotengah Village, a total of ± 51 people. The sample taken in this study used the Slovin formula with a simple random sampling technique, a total of 34 people. Data was collected using primary data and analyzed using the Lambda Correlation test. There is a relationship between family support and ANC K4 visits in Rowotengah Village, Rowotengah Health Center using the lambda correlation coefficient test ? = 0.3. There is a relationship between family support and ANC K4 visits in Rowotengah Village, Rowotengah Health Center with the strength of the relationship being low or weak but definite. Positive support from the family for pregnant women will make the mother feel that someone cares about the condition of her pregnancy, so that pregnant women will take better care of their pregnancy by regularly carrying out pregnancy checks at health service facilities.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Pemeriksaan ANC K4 ibu hamil bertujuan untuk mengenali komplikasi akibat kehamilan, mengenali adanya letak janin dan presentasi serta bila terdapat risiko yang menyertai kehamilannya sehingga dapat memantapkan rencana persalinan secara tepat dan memadai. Pada tahun 2023 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC K4 di Kabupaten Jember 79,32%, Puskesmas Rowotengah 72,48% sedang di Desa Rowotengah 88,74%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kunjungan ANC K4 di Desa Rowotengah Puskesmas Rowotengah. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional<em>. </em>Populasi pada penelitian ini adalah jumlah ibu hamil Trimester (TM) 3 di Desa Rowotengah sejumlah ± 51 orang, pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin dengan teknik <em>simple random sampling</em> jumlah 34 orang. Pengumpulan data menggunakan data primer dan dianalisis menggunakan uji <em>Correlation Lambda.</em> Terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan ANC K4 di Desa Rowotengah Puskesmas Rowotengah dengan uji koefisien korelasi lambda ? = 0,3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kunjungan ANC K4 di Desa Rowotengah Puskesmas Rowotengah dengan kekuatan hubungan rendah atau lemah tapi pasti. Dukungan yang positif dari keluarga terhadap ibu hamil akan membuat ibu merasa ada yang perduli terhadap kondisi kehamilannya, sehingga ibu hamil semakin menjaga kehamilan dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan.</p> Supartiningsih Supartiningsih Jenie Palupi Dian Aby Restanty Lulut Sasmito Copyright (c) 2025 Supartiningsih Supartiningsih, Jenie Palupi, Dian Aby Restanty, Lulut Sasmito 2025-09-27 2025-09-27 4 3 393 403 10.51878/healthy.v4i3.7044 PERBEDAAN RESIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA USIA IBU HAMIL RESIKO TINGGI DI WILAYAH PUSKESMAS SUKOWONO KABUPATEN JEMBER https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7057 <p>Preeclampsia is characterized by blood pressure of 140/90 mm Hg or more. The prevalence of preeclampsia in East Java in 2022 was 499 cases. In 2023 there were 498 cases, in Jember in 2022 there were 57 people and in 2023 there were 47 people. Age is one of the factors that influence preeclampsia. This study aims to determine the difference in the risk of preeclampsia at high-risk ages. The research design uses comparative. The study population of pregnant women aged ? 20 years and 2-35 years was 186 people, with a Random Sampling technique of 126 respondents. Data collection used a cohort of pregnant women in 2023. Data analysis used the Chi-Square and Odds Ratio tests. Results 41 people aged ?35 years are at risk of preeclampsia and 28 people aged ? 20 years are at risk of preeclampsia, 16 people aged 35 years are not at risk of preeclampsia, 41 people aged ? 20 years are not at risk of preeclampsia There is a difference in the risk of preeclampsia at high-risk ages with p-value = 0.001 &lt; 0.05. Conclusion The older the age of the pregnant woman, the higher the risk of preeclampsia. KIE safe age for pregnancy use contraception first before the age of 20 years and over 35 years. Consider the risk again if pregnancy occurs at a high-risk age, do ANC regularly</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah 140/90 mm Hg atau lebih. Prevalensi preeclampsia di Jawa Timur tahun 2022 sebanyak 499 kasus. tahun 2023 sebanyak 498 kasus, di jember tahun 2022 sebanyak 57 orang dan tahun 2023 sebanyak 47 orang.usia merupakan salah satu factor yang empengaruhi preekamsi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan resiko kejadian preeklamsi pada usia resiko tinggi. Desain penelitian menggunakan komparatif. Populasi penelitian ibu hamil berusia ? 20 tahun dan 2 35 tahun sebanyak 186 orang, dengan teknik Random Sampling yaitu 126 responden. Pengumpulan data menggunakan kohord ibu hamil tahun 2023. Analisis data dengan uji Chi-Square dan Odds Ratio. Hasil 41 orang usia ?35 tahun beresiko preeklamsi dan usia ? 20 tahun 28 orang yang beresiko preeklamsi, 16 orang usia 35 tahun tidak beresiko preeklamsi, 41 orang usia ? 20 tahun tidak beresiko preeklamsi Terdapat perbedaan resiko preeklamsi pada usia resiko tinggi dengan p-value = 0,001 &lt; 0,05. Kesimpulan semakin tua usia ibu hamil maka resiko preeklampsia juga tinggi. KIE usia aman untuk hamil gunakan kontrasepsi dulu sebelum usia mencapai 20 tahun dan usia lebih 35 tahun. Pertimbangkan lagi resiko jika terjadi kehamilan di usia resiko tinggi lakukan anc secara teratur</p> Nur Hidayati Sugijati Sugijati Lulut Sasmito Jenie Palupi Copyright (c) 2025 Nur Hidayati, Sugijati Sugijati, Lulut Sasmito, Jenie Palupi 2025-09-27 2025-09-27 4 3 404 412 10.51878/healthy.v4i3.7057 KORELASI KADAR HBA1C DENGAN HIPERTENSI PADA PASIEN DIABETES MELITUS PROLANIS DI KABUPATEN MAGETAN https://jurnalp4i.com/index.php/healthy/article/view/7027 <p><strong>ABSTRACT </strong></p> <p>Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease with an increasing prevalence and has become a major public health concern in Indonesia. One of the common complications of DM is hypertension, which worsens the patient’s condition and raises the risk of cardiovascular events such as heart attack and stroke. Hemoglobin A1c (HbA1c) examination is a key indicator for monitoring long-term blood glucose control, as it reflects average glucose levels over the previous two to three months and is widely used to evaluate treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between HbA1c levels and the incidence of hypertension among DM patients enrolled in the Chronic Disease Management Program (Prolanis) in Magetan Regency. A correlational analytic method with a cross-sectional design was applied, with data collected from patients registered at several community health centers. Blood pressure was measured directly by health workers, while HbA1c levels were obtained through laboratory testing. The results showed that more than half of type 2 DM patients suffered from hypertension. Furthermore, a significant correlation was found between high HbA1c levels and a greater incidence of hypertension. These findings support previous studies, confirming that uncontrolled HbA1c increases hypertension risk. Therefore, proper HbA1c management plays an essential role in preventing and controlling complications, particularly hypertension, in DM patients.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan prevalensi yang terus meningkat dan menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Salah satu komplikasi yang sering menyertai adalah hipertensi, yang dapat memperburuk kondisi klinis serta meningkatkan risiko kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Pemeriksaan Hemoglobin A1c (HbA1c) merupakan indikator utama dalam menilai kontrol glukosa darah jangka panjang, sekaligus evaluasi keberhasilan terapi pada pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar HbA1c dan kejadian hipertensi pada pasien DM yang tergabung dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis) di beberapa Puskesmas Kabupaten Magetan. Penelitian menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Data diperoleh melalui pengukuran tekanan darah secara langsung dan pemeriksaan laboratorium kadar HbA1c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% pasien DM tipe 2 mengalami hipertensi. Selain itu, terdapat hubungan signifikan antara kadar HbA1c yang tinggi dengan meningkatnya kejadian hipertensi. Temuan ini mendukung penelitian sebelumnya bahwa kadar HbA1c yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko hipertensi. Dengan demikian, pengelolaan kadar HbA1c memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi, khususnya hipertensi, pada pasien diabetes melitus.</p> Titin Muslihatin Suliati Suliati Lully Hanni Endarini Syamsul Arifin Copyright (c) 2025 Titin Muslihatin, Suliati Suliati, Lully Hanni Endarini, Syamsul Arifin 2025-10-04 2025-10-04 4 3 413 419 10.51878/healthy.v4i3.7027