PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy
<p style="text-align: justify;"><strong>PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi</strong> | <strong>Terakreditasi Sinta 5 </strong>diterbitkan 4 kali setahun (Maret, Juni, September, dan Desember) oleh Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I) yang berafiliasi dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hamzanwadi, MKKS SMP Negeri Kab. Lombok Timur dan <em>Education Training Centre </em>UNESA. Jurnal ini berisi artikel hasil pemikiran dan penelitian yang ditulis oleh para guru, dosen, pakar, ilmuwan, praktisi, dan pengkaji dalam semua disiplin ilmu yang berkaitan dengan ilmu pendidikan dan psikologi.<br /><strong>e-ISSN : </strong><strong>2797-3344 </strong><strong>| </strong><strong>p-ISSN :</strong> <strong>2797-3336</strong></p>Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)en-USPAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi2797-3336PERNIKAHAN BEDA ETNIS ANTARA SUKU ALAS DENGAN SUKU JAWA DIKAJI DARI TEORI KEBUTUHAN MASLOW
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3583
<p>In inter-ethnic marriages, there is a process and value in society in particular, the Southeast Acehnese Alas tribe which is very complex. This is because there are rules that must be fulfilled by the prospective bride and groom. The traditional wedding ceremony of the Alas tribe with Javanese customs was chosen because it has a uniqueness and uniqueness, namely the diversity of elements of tradition and culture that grows and gives its own meaning in the marriage. This study aims to describe a process and value from the community's point of view in the marriage of the Alas Tribe in Southeast Aceh with the Javanese which was studied using Abraham Maslow's theory of needs. Qualitative research with a descriptive approach is the method in this writing, from the community's point of view about mixed marriages between the Southeast Acehnese Alas Tribe and the Javanese Tribe. The results obtained in this study are the marriage stage of the marriage process that must be carried out because it is a tradition from the ancestors of the Alas tribe. While the values contained in mixed marriages between the Alas Tribe in Southeast Aceh and the Javanese, there is a motivation to marry different ethnic groups because they love each other, know each other and want to live happily and spiritually.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Pada pernikahan beda etnis terdapat suatu proses dan nilai di masyarakat, khususnya suku Alas Aceh Tenggara yang sangat kompleks. Hal ini dikarenakan adanya peraturan yang wajib dipenuhi oleh calon pengantin laki-laki maupun perempuan. Upacara pernikahan adat suku Alas dengan adat suku Jawa di pilih karena mempunyai keunikan dan kekhasan yaitu adanya keberagaman unsur tradisi dan budaya yang bertumbuh dan memberikan arti tersendiri dalam pernikahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan suatu proses dan nilai dari sudut pandangan masyarakat dalam pernikahan Suku Alas di Aceh Tenggara dengan Suku Jawa yang di kaji dengan teori kebutuhan Abraham Maslow. Penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif adalah metode dalam penulisan ini, pada sudut pandang masyarakat tentang pernikahan campuran antara Suku Alas Aceh Tenggara dengan Suku Jawa. Hasil yang di dapat dalam penelitian ini adalah tahap perkawinan proses pernikahan yang wajib dilakukan karena merupakan suatu tradisi dari leluhur suku Alas. Sedangkan nilai yang terkandung dalam pernikahan campuran antara Suku Alas di Aceh Tenggara dengan Suku Jawa terdapat suatu motivasi untuk menikah beda suku karena saling mencintai, dan saling mengenal satu sama lain dan ingin hidup bahagia lahir batin.</p>FREDY LIMPAHALAARIF DWI CAHYONO
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-042024-12-044427328210.51878/paedagogy.v4i4.3583GAMBARAN MEMAAFKAN PADA PEREMPUAN YANG MENGALAMI KEKERASAN DALAM PACARAN
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3582
<p>This research is titled “An Overview of Forgiveness in Women Who Have Experienced Dating Violence.” The purpose of this research is to understand the forgiveness process among women who have experienced dating violence after the end of their relationships. The method used in this research is a qualitative method by conducting in-depth interviews with six women who have experienced dating violence in previous relationships as a a form of data collection. All six subjects have been declared to have a high level of forgiveness through TRIM-12 and have gone through the process of forgiveness. There are four stages in the forgiveness process: uncovering phase, decision phase, work phase, and deepening phase.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini berjudul “Gambaran Memaafkan pada Perempuan yang Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses memaafkan yang terjadi pada perempuan yang telah mengalami kekerasan dalam pacaran setelah berakhirnya hubungan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada enam orang perempuan yang pernah mengalami kekerasan dalam pacaran pada hubungan sebelumnya sebagai bentuk pengumpulan data. Keenam subyek tersebut semuanya sudah dinyatakan memiliki tingkat pemaafan yang tinggi melalui TRIM-12 dan telah melewati proses memaafkan. Terdapat 4 proses memaafkan yang terjadi yaitu fase pengungkapan, fase keputusan, fase kerja dan fase pendalaman.</p>ALESSANDRO BERNARD SANTOSOUNTUNG SUBROTO
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-042024-12-044428328710.51878/paedagogy.v4i4.3582GAMBARAN MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH LUAR BIASA X
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3584
<p>Special School X is a school that provides learning and development space for children with special needs. SLB X, which has been established for more than 25 years, has several branches. The aim of this research is to find out the overview of the work motivation of teachers of special school students at special school X. The method used in this research is mixed methods with a quantitative preliminary type of design. The researcher collects quantitative data, then create a questionnaire, then seeking for participants to explore further through interviews regarding work motivation variable. Quantitative surveys or questionnaires provide a general description, qualitative interviews will provide further descriptions of work motivation. Quantitative surveys or questionnaires provide a general description, qualitative interviews will provide further descriptions of work motivation. This research involved 34 teacher participants consisting of 14 men and 20 women. Data was collected via Google Form questionnaire which contained items from a work motivation scale with a Likert scale. After being collected, 2 participants with high work motivation and 2 participants with moderate work motivation were interviewed to deepen the work motivation variable. The findings showed that there were 25 teacher participants who had high work motivation and 9 teacher participants who had moderate work motivation.</p> <p><strong>ABSTRAK</strong><br />Sekolah Luar Biasa X merupakan sekolah yang menyediakan ruang belajar dan berkembang bagi anak berkebutuhan khusus. SLB X yang telah berdiri lebih dari 25 tahun memiliki beberapa cabang. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan motivasi kerja guru di Sekolah Luar Biasa X. Metode penelitian yang digunakan <em>mixed methods</em> dengan jenis desain <em>quantitative preliminary</em>. Peneliti mengumpulkan data kuantitatif, membuat suatu kuesioner dan mencari partisipan untuk digali lebih lanjut melalui wawancara terkait motivasi kerja. Survei atau kuesioner yang bersifat kuantitatif memberikan gambaran umum, wawancara yang bersifat kualitatif akan memberikan deskripsi lebih lanjut mengenai motivasi kerja. Penelitian ini melibatkan 34 partisipan guru yang terdiri dari 14 laki-laki dan 20 perempuan. Data motivasi kerja dikumpulkan melalui kuesioner <em>google form </em>yang memuat butir dari skala motivasi kerja dengan skala Likert. Setelah dikumpulkan, 2 partisipan dengan motivasi kerja tinggi dan 2 partisipan dengan motivasi kerja sedang, dilakukan diwawancara untuk mendeskripsikan motivasi kerja. Hasil temuan menunjukkan terdapat 25 partisipan guru yang memiliki motivasi kerja tinggi dan 9 partisipan guru yang memiliki motivasi kerja sedang.</p>EWALDUS SENARAI BEATITUDOFRANSISCA IRIANI R DEWI
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-042024-12-044428829610.51878/paedagogy.v4i4.3584LOCUS OF CONTROL SEBAGAI PREDIKTOR PERILAKU KONSUMTIF PADA WANITA DEWASA AWAL PENGGUNA MEDIA SOSIAL
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3826
<p>Human daily life is influenced by Locus of Control (LoC) which plays a significant role in aspects of behavior including consumption-related decision making. LoC is the belief that one can control their own life or their life is controlled by something else. One relevant example is the purchase of cosmetic products. Consumptive behavior is a person's tendency to buy excessive goods without any need. This study aims to explore the relationship between LoC and the consumptive behavior of purchasing cosmetic products influenced by TikTok social media content. There were 400 early adult female participants aged 19-30 years. The measuring instrument used is the Levenson Multidimensional Locus of Control Scales, and the measuring instrument for consumptive behavior is an adaptation of Aini's (2016) measuring instrument. The results show a negative relationship between the internal dimension LoC variable (internality) with consumptive behavior, namely r (400) = -0.325, p < 0.05, that is, if individuals have a high internality LoC then consumptive behavior is low. There is a positive relationship between the overall external dimension LoC and consumptive behavior obtained r (400) = 0.643, p < 0.05; and the external dimension LoC which includes powerful others and chance with consumptive behavior gets a positive relationship, powerful others obtained r (400) = 0.676, p < 0.05; and LoC chance obtained r (400) = 0.503, p < 0.05, namely individuals with LoC powerful others or high chance of high consumptive behavior or can more easily behave consumptively.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Kehidupan sehari-hari manusia dipengaruhi oleh <em>Locus of Control </em>(LoC) yang memainkan peran penring dalam aspek perilaku termasuk dalam pengambilan keputusan terkait konsumsi.. LoC yaitu keyakinan bahwa seseorang dapat mengkontrol hidup mereka sendiri atau hidup mereka dikontrol oleh hal lain. Salah satu contoh relevan adalah pembelian produk kosmetik. Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan seseorang saat membeli barang berlebihan tanpa adanya kebutuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan LoC dengan perilaku konsumtif pembelian produk kosmetik pengaruh konten media sosial TikTok. Terdapat 400 partisipan wanita dewasa awal usia 19-30 tahun. Alat ukur yang digunakan yaitu Levenson Multidimensional <em>Locus of Control Scales</em>, serta alat ukur perilaku konsumtif yaitu adaptasi dari instrumen alat ukur Aini (2016). Data diolah dengan software SPSS 24. Hasil menunjukkan hubungan negatif antara variabel LoC dimensi internal (<em>internality</em>) dengan perilaku konsumtif yaitu r (400) = -0.325, p < 0.05, yaitu jika individu memiliki LoC <em>interality</em> tinggi maka perilaku konsumtif rendah. Terdapat hubungan positif antara LoC dimensi eksternal keseluruhan dengan perilaku konsumtif diperoleh r (400) = 0.643, p < 0.05; dan LoC dimensi eksternal yang mencakup <em>powerful others</em> dan <em>chance</em> dengan perilaku konsumtif mendapatkan hubungan positif, <em>powerful other</em> diperoleh r (400) = 0.676, p < 0.05; dan LoC <em>chance</em> diperoleh r (400) = 0.503, p < 0.05, yaitu individu dengan LoC <em>powerful other</em> atau <em>chance</em> tinggi perilaku konsumtif tinggi atau dapat lebih mudah berperilaku konsumtif.</p>SYAFFA AULIA KHOIRUNNISAUNTUNG SUBROTO
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184429731010.51878/paedagogy.v4i4.3826HUBUNGAN DURASI TIKTOK DAN RENTANG PERHATIAN PADA PENGGUNA AKTIF DI USIA DEWASA MUDA
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3804
<p>This study aims to analyze the relationship between the duration of TikTok use and attention span in active users in young adults. The rapid development of short video-based social media platforms such as TikTok has raised concerns about its impact on cognitive aspects, especially the ability to maintain attention. This study uses a quantitative approach with a survey technique and involves 155 participants who meet the criteria of 17-25 years of age and are active TikTok users. The instruments used are the Social Media Use Questionnaire (SMUQ) to measure the intensity of social media use and the Attentional Control Scale (ATTC) to measure attention span. The results of the data analysis showed a significant negative correlation between the duration of TikTok use and attention span (r = -0.404, p <0.05), which indicates that the longer the duration of TikTok use, the lower the user's attention span. And vice versa, the higher the use of TikTok, the higher the user's attention span. These findings support the view that consumption of short-duration video content can affect an individual's cognitive ability to maintain attention. This study is expected to raise awareness of the impact of excessive social media use and the importance of having moderation in using social media to maintain cognitive balance.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara durasi penggunaan TikTok dan rentang perhatian pada pengguna aktif di usia dewasa muda. Pesatnya perkembangan platform media sosial berbasis video pendek seperti TikTok telah menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap aspek kognitif, khususnya kemampuan mempertahankan perhatian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dan melibatkan 155 partisipan yang memenuhi kriteria usia 17-25 tahun dan merupakan pengguna aktif TikTok. Instrumen yang digunakan adalah <em>Social Media Use Questionnaire </em>(SMUQ) untuk mengukur intensitas penggunaan media sosial dan <em>Attentional Control Scale</em> (ATTC) untuk mengukur rentang perhatian. Hasil analisis data menunjukkan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara durasi penggunaan TikTok dan rentang perhatian (r=-0,404, p<0,05), yang mengindikasikan bahwa semakin lama durasi penggunaan TikTok, semakin rendah rentang perhatian pengguna. Dan sebaliknya semakin tinggi sedikit penggunaan TikTok, semakin tinggi rentang perhatian pengguna. Temuan ini mendukung pandangan bahwa konsumsi konten video berdurasi pendek dapat mempengaruhi kemampuan kognitif individu dalam mempertahankan perhatian. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan dampak penggunaan media sosial yang berlebihan dan pentingnya memiliki moderasi dalam menggunakan sosial media untuk menjaga keseimbangan kognitif.</p>DANIEL CHRISTIANYOHANES BUDIARTO
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184431131810.51878/paedagogy.v4i4.3804ANALISIS DAMPAK PERCERAIAN ORANGTUA TERHADAP PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS DAN HASIL BELAJAR PAI PADA SANTRI PONDOK MODERN AL-AMANAH BAUBAU
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3801
<p>The research focuses on the psychological impact of parental divorce on students' Islamic Religious Education (PAI) learning outcomes at Al-Amanah Baubau Modern Boarding School. The study reveals that parental divorce can lead to students becoming more focused, enthusiastic, and active during the learning process. This is due to hereditary genes from parents, interest and motivation from students, and social support from homeroom teachers, building supervisors, and peers. However, the lack of attention and affection from both parents can result in passive participation. Factors influencing the psychological development and learning outcomes of students from divorced parents include hereditary genes, supportive family and school environmental factors, interests and motivations, and good teaching methods. The study concludes that the results of Islamic Religious Education students do not solely depend on parental presence, but also on students' desire to change. Parents should pay more attention to their children's decisions to maintain their impact on their psychological development and learning outcomes.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini difokuskan pada dampak psikologis perceraian orang tua terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa di Pondok Pesantren Modern Al-Amanah Baubau. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa perceraian orang tua dapat menyebabkan siswa menjadi lebih fokus, bersemangat, dan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh faktor keturunan dari orang tua, minat dan motivasi siswa, serta dukungan sosial dari wali kelas, pengawas gedung, dan teman sebaya. Namun, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua dapat mengakibatkan partisipasi yang pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis dan hasil belajar siswa dari orang tua yang bercerai antara lain faktor keturunan, faktor lingkungan keluarga dan sekolah yang mendukung, minat dan motivasi, serta metode mengajar yang baik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa tidak semata-mata bergantung pada kehadiran orang tua, tetapi juga pada keinginan siswa untuk berubah. Orang tua hendaknya lebih memperhatikan keputusan anak agar dapat menjaga dampaknya terhadap perkembangan psikologis dan hasil belajarnya.</p>DESI RAMADANISAPRIN SAPRINULFIANI RAHMANWAHYUNI ISMAILAHMAD AFIF
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184431933010.51878/paedagogy.v4i4.3801ACADEMIC SELF-EFFICACY DAN KAITANNYA DENGAN PERILAKU ACADEMIC DISHONESTY PADA MAHASISWA UNIVERSITAS X DALAM PERKEMBANGAN AI
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3799
<p>This study aims to explore the relationship between academic self-efficacy and academic dishonesty among students at University X in the context of AI development. The research was conducted due to the limited studies addressing academic self-efficacy and academic dishonesty in relation to the AI phenomenon. A quantitative method was employed using purposive sampling, involving 313 university students as participants. Data were collected using the Academic Self-Efficacy Scale and the Academic Dishonesty Scale, both measured with a Likert scale. Correlation analysis was performed using Spearman's correlation, revealing a significant negative relationship between academic self-efficacy and academic dishonesty (r = -0.149, p = 0.008 < 0.05). This indicates that higher levels of academic self-efficacy are associated with lower levels of academic dishonesty among students. These findings can be utilized by educational institutions to develop programs that enhance academic self-efficacy through training, academic support, and fostering an environment that promotes educational integrity.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri akademik dengan perilaku <em>academic dishonesty </em>pada mahasiswa Universitas X dalam perkembangan AI. Penelitian ini dilakukan karena penelitian yang membahas tentang efikasi diri akademik dan <em>academic dishonesty</em> dengan fenomena perkembangan AI masih sedikit. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan <em>purposive sampling</em>. Total partisipan pada penelitian ini berjumlah 313 mahasiswa menggunakan alat ukur <em>academic self-efficacy scale</em> dan <em>academic dishonesty scale</em> dengan menggunakan skala Likert. Analisis korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi <em>Spearman</em> yang menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara efikasi diri akademik dengan <em>academic dishonesty</em> pada mahasiswa Universitas X dalam perkembangan AI (r = -0.149, p 0.008<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi efikasi diri akademik, semakin rendah perilaku <em>academic dishonesty</em> yang dilakukan oleh mahasiswa. Temuan ini dapat digunakan oleh institusi pendidikan untuk mengembangkan program yang meningkatan efikasi diri akademik melalui pelatihan, dukungan akademik, dan pembentukan lingkungan yang mendukung integritas pendidikan.</p>FERNANDO ROMERO SURJORAHMAH HASTUTIJESSICA JESSICA
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184433134110.51878/paedagogy.v4i4.3799PENGARUH KUALITAS ATTACHMENT REMAJA DENGAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU PHUBBING PADA KELUARGA DI KALIMANTAN BARAT
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3797
<p>Family is the first environment that influences the psychological development of individuals, especially adolescents. The quality of attachment greatly influences individuals in responding to interpersonal relationships later on. Phubbing can basically be influenced by the quality of attachment between parents and adolescents. Therefore, this study aims to identify the influence between phubbing and the quality of attachment between adolescents and parents. Researchers collected 237 adolescent participants with an age range of 13 to 18 years in West Kalimantan. The method used is quantitative with a purposive sampling technique. The measuring instruments used in this study were the Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) and the Generic Scale Phubbing (GSP). The results of the study using regression analysis showed that the quality of attachment has an influence on phubbing behavior in family interactions (t = -11.407, p <0.05) which means negative and significant. that is, it can be concluded that the quality of attachment between adolescents and their parents can strengthen and weaken the influence of phubbing behavior in family interactions.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memengaruhi perkembangan psikologis individu, terutama pada remaja. Kualitas <em>attachment</em> sangat memengaruhi individu merespons hubungan interpersonal di kemudian hari. <em>Phubbing</em> pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh kualitas <em>attachment </em>antara orang tua dan remaja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh antara <em>phubbing</em> dan kualitas <em>attachment</em> antara remaja dan orang tua. Peneliti mengumpulkan 237 partisipan remaja dengan rentang usia 13 tahun sampai 18 tahun di Kalimantan barat. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik <em>purposive sampling</em>. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu <em>Inventory of Parent and Peer Attachment (</em>IPPA) dan <em>Generic Scale Phubbing </em>(GSP). Hasil penelitian menggunakan analisis regresi menunjukkan bahwa kualitas <em>attachment </em>memiliki pengaruh terhadap perilaku <em>phubbing</em> dalam interaksi keluarga (t = -11.407, p < 0.05) yang berarti negatif dan signifikan. artinya, dapat disimpulkan bahwa kualitas <em>attachment</em> antara remaja dengan orang tuanya dapat memperkuat dan memperlemah pengaruh perilaku <em>phubbing</em> di dalam interaksi keluarga.</p>IDHZHA WIRA YUDHARAHMAH HASTUTIJESSICA JESSICA
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184434235110.51878/paedagogy.v4i4.3797HUBUNGAN MANAJEMEN STRES DAN JOB SATISFACYION DENGAN WORK FAMILY CONFLICT PADA KARYAWAN (STUDI PADA KARYAWAN PERUSAHAAN KELAPA SAWIT)
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3803
<p>This study aims to analyze the relationship between stress management and job satisfaction on work-family conflict in palm oil company employees. The research method uses a quantitative approach with a correlational design, involving 213 respondents selected through purposive sampling techniques. Data collection was carried out using a questionnaire that measures stress management, job satisfaction, and work-family conflict. The results of data analysis show a significant negative relationship between stress management and work-family conflict, as well as a significant negative relationship between job satisfaction and work-family conflict. Good stress management and high job satisfaction have been shown to contribute to reducing work-family conflict. The coefficient of determination (R²) of 80.7% indicates that both independent variables contribute significantly to the dependent variable, while the rest is influenced by other factors. These findings provide practical implications for companies in designing policies to improve stress management and job satisfaction in order to create a balance between work and family life.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara manajemen stres dan kepuasan kerja terhadap konflik pekerjaan-keluarga (<em>work-family conflict</em>) pada karyawan perusahaan kelapa sawit. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional, melibatkan 213 responden yang dipilih melalui teknik <em>purposive sampling</em>. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner yang mengukur manajemen stres, kepuasan kerja, dan konflik pekerjaan-keluarga. Hasil analisis data menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara manajemen stres dengan <em>work-family conflict</em>, serta hubungan negatif signifikan antara kepuasan kerja dengan <em>work-family conflict</em>. Manajemen stres yang baik dan kepuasan kerja yang tinggi terbukti berkontribusi dalam mengurangi konflik pekerjaan-keluarga. Koefisien determinasi (R²) sebesar 80,7% menunjukkan bahwa kedua variabel independen berkontribusi signifikan terhadap variabel dependen, sementara sisanya dipengaruhi faktor lain. Temuan ini memberikan implikasi praktis bagi perusahaan dalam merancang kebijakan untuk meningkatkan manajemen stres dan kepuasan kerja guna menciptakan keseimbangan antara kehidupan kerja dan keluarga.</p>HAIDAR HILMYRAHMA HASTUTI
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184435236010.51878/paedagogy.v4i4.3803HUBUNGAN CORPORATE REPUTATION DENGAN INTENTION TO APPLY PADA MAHASISWA
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3798
<p>This study aims to analyze the relationship between corporate reputation and intention to apply in students. Corporate reputation is considered one of the key factors that affect the perception of individuals, especially students, towards the company, which can ultimately determine the decision to apply for a job. This study uses a quantitative approach with a survey method involving 215 students from various universities. The implementation of the research was carried out from July 2024 – November 2024. The data was collected through a questionnaire that measured students' perception of the company's reputation as well as their interest in applying for jobs. The purpose of this study, among others, is to find out the relationship between corporate reputation and interest in applying for jobs. Data collection is carried out through google forms. Hypothesis testing in this study using a simple linear regression method Based on the results of the hypothesis test, p = 0.000 < 0.05 and a significance value of 0.000, So, it can be concluded that the corporate reputation variable has a significant relationship with the intention to apply variable. These findings indicate that companies with good reputations have more potential to attract younger generations to join. This research provides practical implications for companies to continue to improve their image to attract qualified prospective workers</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara <em>corporate reputation</em> (reputasi perusahaan) dan <em>intention to apply</em> (minat melamar pekerjaan) pada mahasiswa. <em>Corporate reputation</em> dianggap sebagai salah satu faktor kunci yang memengaruhi persepsi individu terutama mahasiswa terhadap perusahaan, yang pada akhirnya dapat menentukan keputusan melamar pekerjaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei yang melibatkan 215 mahasiswa dari berbagai universitas. Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Juli 2024 – November 2024. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengukur persepsi mahasiswa terhadap reputasi perusahaan serta minat mereka untuk melamar pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini, yang diantaranya adalah untuk mengetahui hubungan antara <em>Corporate</em> <em>reputation</em> dengan minat melamar pekerjaan. Pengumpulan data dilakukan melalui <em>google form</em>. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan metode regresi linier sederhana Berdasarkan hasil uji hipotesis, p = 0,000 < 0,05 serta nilai signifikansi sebesar 0,000, Sehingga, dapat disimpulkan bahwa variabel <em>corporate reputation</em> memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel <em>intention to apply</em>. Temuan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dengan reputasi yang baik lebih berpotensi menarik minat generasi muda untuk bergabung. Penelitian ini memberikan implikasi praktis bagi perusahaan untuk terus meningkatkan citra mereka guna menarik calon pekerja berkualitas.</p>MICHELLE TIRTABUDIRAHMAH HASTUTIJESSICA JESSICA
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184437037610.51878/paedagogy.v4i4.3798HUBUNGAN SELF-CONTROL DENGAN ADIKSI TIKTOK PADA EMERGING ADULTHOOD
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3800
<p>Tiktok addiction is becoming an increasingly common phenomenon among emerging adulthood, characterized by excessive use and negative impacts on mental health, productivity, and social relationships. This study aims to examine the relationship between self-control and Tiktok addiction in individuals aged 18-25 years who are classified as emerging adulthood. The method used is quantitative research with purposive sampling technique. Data were obtained from 200 participants domiciled in Jabodetabek through filling out an online questionnaire using the Brief Self-Control Scale (BSCS) and an adaptation of the Bergen Social Media Addiction Scale (BSMAS) to measure Tiktok addiction. The results of the analysis showed a significant negative relationship between self-control and Tiktok addiction (r = ?0.806; p < 0.05), meaning that higher levels of self-control are associated with a lower tendency for Tiktok addiction. The inhibition and initiation dimensions in self-control each contribute significantly to the decrease in Tiktok addiction with correlation values ??of r = ?0.793 and r = ?0.761. This study confirms the importance of self-control in reducing the risk of social media addiction, especially Tiktok, in emerging adulthood.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Adiksi <em>Tiktok</em> menjadi fenomena yang semakin umum di kalangan <em>emerging adulthood</em>, ditandai dengan penggunaan yang berlebihan dan dampak negatif terhadap kesehatan mental, produktivitas, serta hubungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara <em>self-control</em> dengan adiksi <em>Tiktok</em> pada individu berusia 18-25 tahun yang tergolong sebagai <em>emerging adulthood</em>. Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan teknik <em>purposive sampling</em>. Data diperoleh dari 200 partisipan yang berdomisili di Jabodetabek melalui pengisian kuesioner daring menggunakan alat ukur <em>Brief Self-Control Scale</em> (BSCS) dan adaptasi <em>Bergen Social Media Addiction Scale</em> (BSMAS) untuk mengukur adiksi <em>Tiktok</em>. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara <em>self-control</em> dan adiksi <em>Tiktok</em> (r = ?0,806; p < 0,05), artinya tingkat <em>self-control</em> yang lebih tinggi berhubungan dengan kecenderungan adiksi <em>Tiktok</em> yang lebih rendah. Dimensi inhibisi dan inisiasi dalam <em>self-control</em> masing-masing berkontribusi secara signifikan terhadap penurunan adiksi <em>Tiktok</em> dengan nilai korelasi r = ?0,793 dan r = ?0,761. Penelitian ini menegaskan pentingnya <em>self-control</em> dalam mengurangi risiko adiksi media sosial, khususnya <em>Tiktok</em>, pada <em>emerging adulthood</em>.</p>NICO SAPUTRARAHMAH HASTUTI
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184437738610.51878/paedagogy.v4i4.3800HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA SMA SWASTA KELAS 12
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3830
<p>Adolescents often make hasty decisions as they go through a period of rapid growth and change. At this stage, they do not fully understand themselves or their true needs, which leads them to follow momentary desires without considering the consequences, including in career choices (Widyaningrum & Hastjarjo, 2016). Emotional intelligence plays a crucial role in helping adolescents face various challenges during their studies, enabling them to make more thoughtful career decisions (Ran et al., 2022). Hanifah et al. (2023) explain that self-efficacy is highly influenced by a person's emotional state. Positive emotions can enhance self-efficacy, while emotional intelligence allows individuals to manage their emotions effectively, helping them achieve optimal self-efficacy. This study involved 138 high school students in the Jabodetabek area to explore the relationship between emotional intelligence and self-efficacy in career decision-making. Data was collected using two main instruments: the Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) to measure students' emotional intelligence and the Career Decision-Making Self-Efficacy (CDMSE) to assess their self-efficacy in making career decisions. The results of this study indicate a significant relationship between the two variables, where high emotional intelligence contributes to an increase in self-efficacy in career decision-making.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Remaja kerap membuat keputusan secara terburu-buru karena sedang melalui masa pertumbuhan dan perubahan yang cepat. Pada tahap ini, mereka belum sepenuhnya memahami diri sendiri atau kebutuhan sebenarnya, sehingga cenderung mengikuti keinginan sesaat tanpa memikirkan dampaknya, termasuk dalam memilih karir (Widyaningrum & Hastjarjo, 2016). Kecerdasan emosional memainkan peran penting dalam membantu remaja menghadapi berbagai tantangan selama masa studi, sehingga mereka dapat membuat keputusan karir yang lebih matang (Ran et al., 2022). Hanifah et al. (2023) menjelaskan bahwa efikasi diri sangat dipengaruhi oleh kondisi emosi seseorang. Emosi positif dapat meningkatkan efikasi diri, sementara kecerdasan emosional memungkinkan seseorang mengelola emosinya dengan baik, sehingga mampu mencapai efikasi diri yang optimal. Penelitian ini melibatkan 138 siswa SMA di wilayah Jabodetabek dengan tujuan mengeksplorasi hubungan antara kecerdasan emosional dan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir. Data dikumpulkan menggunakan dua alat ukur Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS) untuk mengukur kecerdasan emosional siswa, dan Career Decision-Making Self-Efficacy (CDMSE) untuk menilai tingkat efikasi diri mereka dalam membuat keputusan karir. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel tersebut, di mana kecerdasan emosional yang tinggi berkontribusi pada peningkatan efikasi diri dalam pengambilan keputusan karir.</p>PUTRI AULIA ULULAJMIAGUSTINA AGUSTINA
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184438739310.51878/paedagogy.v4i4.3830KETERLIBATAN AYAH DAN KAITANNYA DENGAN EMOTIONAL WELL-BEING PADA REMAJA AKHIR
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3805
<p>This study aims to determine the relationship between father involvement and emotional well-being in late adolescents. Emotional well-being is a psychological condition that plays an important role for individuals, especially in late adolescents. Individuals with positive emotional well-being will be more capable of experiencing life satisfaction, conversely, if emotional well-being is low, their lives will be dominated by feelings of dissatisfaction. The participants in this study are late adolescents aged 18-24 years. The sampling technique used in this research the non-probability purposive sampling technique, with a total of 305 participants in this study. The measurement tool used for the father involvement variable is the Perception of Father’s Involvement (PFI), while the measurement tool for the Emotional well-being variable is the Positive and Negative Affect Schedule. (PANAS-SF). The correlation analysis in this study used Spearman's non-parametric correlation, and the results showed a significant positive relationship between father involvement and emotional well-being among late adolescents. (r = 0.429, p 0.000<0.05). This indicates that the higher the father involvement, the higher the emotional well-being.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dengan kesejahteraan emosional pada remaja akhir. <em>Emotional well-being </em>merupakan kondisi psikologis yang berperan penting bagi individu khususnya pada remaja akhir. Individu dengan <em>Emotional well-being </em>yang positif akan lebih mampu merasakan kepuasan hidupnya, begitupun sebaliknya jika <em>Emotional well-being </em>rendah maka hidupnya akan didominasi oleh rasa ketidakpuasan. Partisipan penelitian ini adalah remaja akhir berusia 18-24 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni teknik <em>non-probability purposive sampling</em>, total partisipan pada penelitian ini berjumlah 305. Alat ukur yang digunakan untuk variabel <em>Father Involvement</em> adalah <em>Perception of Father’s Involvement</em> (PFI), sedangkan pada variabel <em>Emotional well-being </em>adalah <em>Positive and Negative Affect Schedule</em> (PANAS-SF). Analisis korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi <em>non-parametic </em><em>S</em><em>pearman </em>hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan kesejahteraan emosional pada remaja akhir. (r = 0.429, p 0.000<0.05) Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi keterlibatan ayah maka <em>Emotional well-being </em>juga akan tinggi.</p>SILVIANA SILVIANARAHMAH HASTUTI
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184439440310.51878/paedagogy.v4i4.3805PERAN DUKUNGAN SOSIAL DAN EFIKASI DIRI TERHADAP KECEMASAN DUNIA KERJA BAGI MAHASISWA YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI
https://jurnalp4i.com/index.php/paedagogy/article/view/3806
<p>The transition to the final semester of higher education is a crucial phase for students as they complete their thesis and prepare to enter the workforce. In the context of Industry 4.0, the increasing reliance on digital technology makes job searching more complex, which often triggers anxiety in students. This study examines the effects of social support and self-efficacy on work-related anxiety in final-semester students. Social support, which includes informational, emotional, and instrumental assistance, and self-efficacy, which is defined as the belief in one's ability to achieve goals, are key factors in reducing anxiety. The results showed a significant negative correlation between these two variables and work anxiety, where students with stronger social support systems and high levels of self-efficacy experienced lower anxiety in facing the workforce. These findings emphasize the importance of strengthening these factors to increase students' self-confidence and adaptability, and provide valuable insights for strategies aimed at improving work readiness.</p> <p><strong>ABSTRAK<br /></strong>Transisi ke semester akhir dalam pendidikan perguruan tinggi merupakan fase krusial bagi mahasiswa saat mereka menyelesaikan skripsi dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. Dalam konteks Industri 4.0, meningkatnya ketergantungan pada teknologi digital membuat pencarian kerja menjadi lebih kompleks, yang seringkali memicu kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini mengkaji pengaruh dukungan sosial dan efikasi diri terhadap kecemasan terkait dunia kerja pada mahasiswa semester akhir. Dukungan sosial, yang mencakup bantuan informasi, emosional, dan instrumental, serta efikasi diri, yang didefinisikan sebagai keyakinan terhadap kemampuan diri untuk mencapai tujuan, merupakan faktor kunci dalam mengurangi kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan antara kedua variabel ini dengan kecemasan kerja, di mana mahasiswa dengan sistem dukungan sosial yang lebih kuat dan tingkat efikasi diri yang tinggi mengalami kecemasan yang lebih rendah dalam menghadapi dunia kerja. Temuan ini menekankan pentingnya memperkuat faktor-faktor tersebut untuk meningkatkan kepercayaan diri dan adaptabilitas mahasiswa, serta memberikan wawasan berharga bagi strategi yang bertujuan meningkatkan kesiapan kerja.</p>SULTHAN AZFA AULIAFRANSISCA IRIANI ROESMALA DEWI
Copyright (c) 2024 PAEDAGOGY : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Psikologi
https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0
2024-12-182024-12-184440441210.51878/paedagogy.v4i4.3806